EKBIS.CO, NEW YORK -- Beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia menyampaikan kepada karyawan mereka untuk berhenti berbicara dengan rekan-rekannya di Huawei Technologies Co Ltd tentang teknologi dan standar teknis. Hal ini sebagai bentuk respons atas daftar hitam terbaru perusahaan teknologi Cina di AS.
Dilansir dari Reuters, Selasa (11/6), di antara perusahaan tersebut yaitu, pembuat chip Intel Corp dan Qualcomm Inc, perusahaan riset seluler InterDigital Wireless Inc, dan operator Korea Selatan LG Uplus. Perusahaan-perusahaan ini telah membatasi karyawan untuk melakukan percakapan informal dengan Huawei.
Percakapan informal itu bagian rutin dari pertemuan internasional di mana para insinyur berkumpul menetapkan standar teknis untuk teknologi komunikasi, termasuk generasi berikutnya dari jaringan seluler yang dikenal sebagai 5G.
Departemen Perdagangan AS tidak melarang kontak antara perusahaan AS dan Huawei. Pada 16 Mei, Huawei masuk ke daftar hitam, membuat perusahaan asal Cina itu dilarang melakukan bisnis dengan perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Beberapa hari kemudian perusahaan AS diberi wewenang berinteraksi dengan Huawei karena memang diperlukan untuk pengembangan 5G standar. Namun beberapa perusahaan teknologi AS dan luar negeri lainnya membatasi beberapa bentuk interaksi langsung yang dilakukan karyawannya untuk menghindari masalah potensial dengan pemerintah AS.
Intel dan Qualcomm mengatakan mereka telah memberikan instruksi kepatuhan kepada karyawan, tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut. Sedangkan juru bicara InterDigital mengatakan telah memberikan panduan kepada para insinyur untuk memastikan perusahaan mematuhi peraturan AS.
Seorang pejabat dengan LG Uplus mengatakan perusahaan menahan diri untuk berinteraksi dengan pekerja Huawei, kecuali bertemu untuk instalasi peralatan jaringan atau masalah pemeliharaan. LG Uplus mengeluarkan pernyataan kepada Reuters bahwa tidak ada kebijakan formal dalam perusahaan soal pembatasan percakapan dengan Huawei.
Pembatasan tersebut bisa memperlambat peluncuran 5G, yang diharapkan memberi daya segalanya mulai dari transmisi video berkecepatan tinggi hingga mobil self-driving. Pada pertemuan standar 5G pekan lalu di Newport Beach, California, para peserta secara pribadi khawatir bisa menjadi korban akibat perang teknologi AS dan Cina.
Sebab, ada kerjasama lama di antara para insinyur yang memang diperlukan. Ini menimbulkan konsekuensi, yaitu adanya komunikasi melalui telepon dan jaringan untuk terhubung.
Seorang perwakilan dari perusahaan Eropa yang telah memformalkan aturan soal interaksi karyawannya dengan Huawei, mengatakan orang yang terlibat dalam pengembangan 5G sedang terguncang. Kondisi ini dapat membuat semua orang terpojok. "(Padahal) kami butuh kerja sama untuk mencapai 5G dan harus menjadi pasar global," ujar orang itu.
Beda halnya dengan perusahaan telekomunikasi kecil. Beberapa pekerjanya mengaku tidak diberitahu untuk menghindari diskusi dengan Huawei pada pertemuan standar 5G. Banyak vendor terus mendukung kesepakatan yang ada dengan Huawei.
"Ada banyak kesalahpahaman dari apa yang saya lihat dan dengar dari klien dan kolega, sejauh apa sebenarnya pembatasan (Departemen Perdagangan)," kata Doug Jacobson, seorang pengacara kontrol ekspor yang berbasis di Washington.
Menurut Jacobson, perusahaan yang melarang karyawannya menghubungi Huawei itu berlebihan. Sebab pembatasan tersebut tidak menghalangi komunikasi, tapi hanya menghambat transfer teknologi.
Huawei, yang peralatannya dituding AS dapat digunakan oleh Cina untuk memata-matai, telah muncul sebagai tokoh sentral dalam perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Huawei berulang kali membantah bahwa itu dikendalikan oleh pemerintah Cina, militer atau dinas intelijen.
Cina, AS, dan perusahaan-perusahaan Eropa telah berpisah sebelumnya tentang standar untuk Wi-Fi, jaringan seluler dan teknologi lainnya, dan tekanan untuk tarif antara Beijing dan Washington telah meningkatkan kekhawatiran akan pencabangan dua lainnya.
Huawei adalah pemain top di berbagai organisasi global yang menetapkan spesifikasi teknis. Sebagai salah satu produsen perangkat terbesar di dunia seperti smartphone, router dan switch, Huawei perlu berada di meja pengaturan standar untuk memastikan pengalaman pelanggan yang mulus ketika menggunakan jaringan 5G.