EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter akan segera mengubah sikap dengan melakukan penyesuaian kebijakan moneter. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global yang sedang dinamis.
Sri menuturkan, prediksi tersebut dilakukan di tengah upaya pemerintah bersama BI dalam mengelola dan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Terutama ketika terjadi perubahan kondisi di negara maju saat ini, termasuk dari segi arahan kebijakan moneternya.
"Selain itu, dengan adanya tanda-tanda pelemahan ekonomi," ujarnya ketika ditemui di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Rabu (12/6).
Tapi, Sri memastikan, pihaknya akan menghargai setiap langkah yang dilakukan BI. Ia meyakini, kebijakan BI bertujuan menjaga kondisi perekonomian dalam negeri bersama dengan pemerintah pada saat kondisi turbulence saat ini.
Sri menyampaikan, pihaknya juga tidak melakukan intervensi terhadap keputusan BI serta menghormati apa yang dikerjakan BI. Sebab, mereka selalu menggunakan kebijakannya dengan efektif dan baik. Entah itu dari segi suku bunga maupun makro prudential.
Dua kebijakan tersebut, ditambahkan Sri, akan sangat membantu dalam menciptakan perekonomian dalam negeri yang stabil dari tekanan eksternal. "Jadi, kita lihat saja apa yang akan dilakukan oleh pak Perry (Gubernur BI Perry Warjiyo)," tuturnya.
Sebelumnya, BI menyatakan akan mempertimbangkan ruang lebih akomodatif dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi global. Pertimbangan ini muncul setelah melihat kemungkinan perbaikan terhadap perekonomian global pada 2020 dan ketegangan perdagangan antar negara utama dunia mulai mereda.
Perry menuturkan, kondisi ekonomi makro global membuat BI memprediksikan Produk Domestik Bruto (PDB) global pada 2020 adalah 3,4 persen. Angka tersebut lebih baik dibandingkan PDB global tahun ini, 3,3 persen.
Tidak hanya berdampak pada PDB global, BI juga mencermati perbaikan harga komoditas pada 2020. "Seiring perbaikan prospek ekonomi dan volume perdagangan dunia, diharapkan harga komoditas membaik sehingga meningkat 0,1 persen," ucap Perry dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/6).
Di sisi lain, Perry memastikan, BI juga terus mewaspadai ketidakpastian pada pasar keuangan dunia yang masih tinggi di tahun ini akibat eskalasi perang dagang Amerika Serikat dengan China. Kondisi ini mampu memicu peralihan modal dari negara-negara berkembang ke negara maju.