EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai, persaingan bisnis lewat pemberian diskon di indusri transportasi daring atau online saat ini masih cukup wajar. Menurut dia, pemberian diskon oleh aplikator ojek online sudah barang tentu menyesuaikan dengan kemampuan bisnis perusahaan.
"Pemberian diskon tarif ojek online saat ini bisa dilakukan aplikator berkat subsidi silang dari bisnis lain. Terutama jasa antar makanan dan payment," kata Abra saat dihubungi Republika.co.id, Senin (17/6).
Ia meyakini pemberian diskon oleh aplikator ojol saat ini masih dalam konteks bersaing dalam iklim yang positif. Justru, Abra menilai, pemberian diskon memacu sesama aplikator untuk memperluas bisnis agar dapat memberikan diskon yang lebih besar.
"Ini dalam konteks persaingan antar aplikator. Mereka pasti punya hitungan bisnis dan strategi market untuk berikan diskon. Itu kenapa mereka ingin skala ekonomi bisnis terus diperluas," ujar dia.
Abra berpandangan, pascaditerbitkannya regulasi yang mengatur tarif ojek online, semestinya fokus pemerintah saat ini adalah bagaimana agar konsumen tidak menjadi pihak yang dirugikan. Saat ini, diskon cukup diperlukan pengguna setelah adanya kenaikan tarif setelah pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 348.
Munculnya transportasi daring sebelumnya, dinilai Abra telah berkontribusi pada peralihan dari angkutan pribadi ke angkutan umum. Tarif yang naik saat ini, berpotensi untuk menarik kembali konsumen untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Sementara itu, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, menilai masalah diskon tak perlu dipersoalkan. Menurut Djoko, karena ojek pada dasarnya bukan transportasi publik, pemerintah harus fokus pada unsur keselamatan. Regulasi mengenai tarif batas bawah dan batas atas, dinilai Djoko sudah cukup dan dapat dijadikan patokan dalam berbisnis.
"Bagi saya terserah mereka mau bagaimana bersaing, yang penting adalah keselamatan," ujarnya.