EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan salah satu tantangan ekonomi nasional saat ini adalah neraca perdagangan yang masih mengalami defisit. Darmin mengatakan salah satu penyebab defisit neraca perdagangan tersebut adalah ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama dari potensi perang dagang.
"Walaupun neraca perdagangan defisit, optimisme investor masih tinggi," kata Darmin dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu malam.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat neraca perdagangan secara kumulatif Januari-Mei 2019 mengalami defisit sebesar 2,14 miliar dolar AS. Namun, neraca perdagangan nasional pada Mei 2019 mengalami surplus 0,21 miliar dolar AS karena kinerja positif dari ekspor nonmigas.
Meski demikian, kinerja ekonomi secara keseluruhan memperlihatkan tanda-tanda yang positif karena mampu tumbuh 5,07 persen hingga triwulan I-2019 yang diimbangi dengan laju inflasi 3,23 persen.
"Kondisi tersebut disertai dengan tingkat indikator sosial seperti tingkat kemiskinan, pengangguran dan rasio gini yang persisten menurun," kata Darmin.
Selain itu, menurut Darmin, pelaku usaha menilai iklim investasi di Indonesia makin baik seiring dengan perbaikan peringkat daya saing serta peringkat utang Indonesia.
"Hal ini tercermin dari peningkatan credit rating oleh lembaga-lembaga pemeringkat rating. Indonesia sudah memasuki Investment Grade," ujarnya.
Menurut Darmin, kondisi layak investasi itu terjadi berkat peningkatan efisiensi di sektor pemerintahan serta peningkatan infrastruktur dan kondisi bisnis. Selain itu, hal ini terbantu oleh perbaikan iklim usaha melalui sistem OSS dan simplifikasi perizinan lainnya, pendidikan dan pelatihan vokasi, fasilitas insentif perpajakan, serta industri berbasis ekspor.