Kamis 04 Jul 2019 21:11 WIB

Air Asia: Konyol Kalau Pasang Harga Mahal di Low Seasons

Harga tiket pesawat LCC turun hingga 50 persen di waktu-waktu tertentu

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat AirAsia
Foto: Reuters
Pesawat AirAsia

EKBIS.CO, JAKARTA – CEO Air Asia Indonesia Dendy Kurniawan menegaskan tidak keberatan jika pemerintah saat ini meminta maskapai berbiaya hemat atau low cost carrier (LCC) menurunkan harga tiketnya. Pemerintah tengah mengupayakan maskapai LCC menurunkan harga tiket rute domestik 50 persen dari tarif batas atas (TBA).

“Kalau memang ada rute kita dirasa masih mahal, diminta turunin kita dengan senang hati,” kata Dendy di Jakarta, Kamis (4/7).

Baca Juga

Dia menegaskan meski Air Asia bersedia untuk menurunkan harga tiket pesawat namun tidak akan melangar tarif batas bawah (TBB). Dendy memastikan Air Asia juga sudah menyampaikan data-data yang dibutuhkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia (Kemenko Perekonomian) untuk menurunkan harga tiket pesawat.

Dendy mengakui meski sebelum pemerintah meminta untuk menurunkan harga tiket 50 persen dari TBA, Air Asia sudah menerapkan harga terjangkau. “Seperti yang disampaikan Kemenko kalau yang 50 persen dari TBA, kalau kita sudah di bawah 38 persen,” ujar Dendy.

Dia menambahkan pada dasarnya pemerintah tidak perlu mengatur penurunanan harga tiket 50 persen dari TBA dengan waktu dan jam tertentu. Sebab, menurutnya maskapai dipastikan sudah memiliki strategi tersendiri saat peak hours dan low season.

“Kalau sepi juga kalau pasang harga mahal kan konyol. Jadi sebetulnya sudah ada strategi dari maskapai,” ujar Dendy.

Dengan arahan pemerintah saat ini, Dendy merasa tidak dibatasi pemerintah. Sebab, dia menilai jika maskapai LCC diharapkan murah merupakan hal yang wajar karena merupakan permintaan dari masyarakat.

Di sisi lain, CEO Air Asia Tony Fernandes mengakui tidak keberatan menurunkan harga tiket. Hanya saja, dia menegaskan keselamatan penerbangan tetap menjadi yang utama dan harus memastikan manajemen dan performa setiap penerbangan selalu baik.

Hanya saja, dia menyarankan pemerintah tsuharusnya tidak terlalu banyak mengatur bisnis maskapai. “Regulasi itu bisa mematikan bisnis. Biarkan lah pasar menentukan, biarkan penumpang yang memustuskan sesuatu terjangkau atau tidak untuk mereka,” ungkap Tony dalam peluncuran buku biografinya berjudul Flying High di Jakarta.

Tony berpendapat jika industri penerbangan saat ini tidak cukup baik, akan ada yang lainnya datang untuk bersaing menawarkan hal yang lebih menarik. Menurut Tony, pemerintah cukup memfasilitasi para pelaku bisnis.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Senin (1/7) menyatakan masih membahas teknis untuk melakukan penghitungan efisiensi biaya yang dikeluarkan maskapai. Hanya saja hal tersebut hingga hari ini (4/7) belum juga selesai.

"Masih ada beberapa hitungan teknis yang perlu dibahas lagi," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Kamis (4/7).

Dia menjelaskan seharusnya pembahasan ditargetkan selesai dalam dua sampai tiga hari sejak rapat pada awal pekan ini. Sehingga, kata dia, hari ini tinggal dibahas pada rapat koordinasi lanjutan dan disampai kepada masyarakat namun sayangnya pembahasan teknos penghitungan efisiensi biaya maskapai belum selesai.

Dalam rakor evaluasi tarif batas atas (TBA) harga tiket pesawat pada Senin (1/7), Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian bersama seluruh pihak terkait merumuskan beberapa kebijakan. Pertama, untuk menjamin ketersediaan penerbangan murah bagi masyarakat, pemerintah akan menyediakan penerbangan murah.

Penerbangan murah rencananya akan dilakukan setiap selasa, kamis, dan sabtu. Lalu jam keberangkatan antara pukul 10.00 sampai 14.00 waktu setempat dan juga alokasi kursi tertentu dari total kapasitas pesawat diberikan  diskon 50 persen dari TBA.

Hanya saja kebijakan tersebut masih perlu dibahas lebih lanjut. Pemerintah belum menentukan kapan konsep tersebut akan dilakukan karena rapat koordinasi terkait kebijkan menurunkan harga tiket pesawat masih akan dilakukan beberapa kali lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement