Senin 08 Jul 2019 09:51 WIB

Masyarakat Iran Rasakan Dampak Ekonomi dari Sanksi Amerika

Sanksi telah mencegah Iran menikmati kebebasan berdagang di pasar terbuka.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Dwi Murdaningsih
Rial Iran. Teheran menggunakan rial sebagai transaksi langsung antarnegara untuk menyiasati sanksi AS
Foto: AP
Rial Iran. Teheran menggunakan rial sebagai transaksi langsung antarnegara untuk menyiasati sanksi AS

EKBIS.CO, TEHERAN -- Sanksi-sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada Iran sudah dirasakan oleh rakyat kecil. Perusahaan-perusahaan internasional menarik diri karena takut akan sanksi sekunder AS dan ekonomi Iran mulai runtuh.

"Sanksi itu pada dasarnya dirancang untuk membahayakan masyarakat umum, khususnya orang-orang yang rentan seperti wanita, anak-anak, orang tua dan pasien," kata Majid Takht Ravanchi, perwakilan permanen Iran untuk PBB di New York dilansir Aljazirah, Ahad (7/7).

Baca Juga

Ravanchi mengatakan, sanksi sepihak AS lebih merugikan orang miskin daripada orang kaya. Selain itu yang paling rentan dan paling menderita ialah bayi serta anak-anak.

"Misalnya, pasien yang menderita kondisi parah. Mereka memerlukan obat yang langka dan mahal serta peralatan medis canggih. Dalam kebanyakan kasus (alat dan obat) harus diimpor," ujar Ravanchi dalam sesi khusus Dewan Keamanan PBB pada Juni lalu.

Selama beberapa dekade, sanksi telah mencegah Iran menikmati kebebasan berdagang di pasar terbuka. Seorang warga dengan nama samaran, Maziar Hashemi, berusia 30 tahun yang bekerja di sektor ritel Iran menceritakan keadaan ekonomi di negaranya.

Hashemi baru saja kembali dari perjalanan bisnis pertamanya ke Armenia. Ia mengatakan kewalahan karena betapa jauh lebih mudah diaksesnya dunia Armenia.

"Orang hanya ingin dapat membeli apa pun yang mereka inginkan, kapan pun mereka inginkan, dari mana saja di dunia," ujar dia saat kembali ke Teheran.

Orang-orang di pasar tradisional di Teheran yang berpenghasilan rendah mengeluhkan kenaikan biaya hampir setiap jenis produk di pasar. Penjaga toko juga frustrasi dengan harga produksi yang berlipat ganda. Mereka tak punya pilihan lain selain menaikkan harga barang tersebut, meski begitu margin keuntungan semakin tipis.

"Kaos yang saya beli tiga bulan lalu sekarang (dua kali lebih mahal)," kata seorang penjaga toko yang marah berusia 50-an.

"Berapa harga yang harus saya jual kepada mereka? Berapa banyak yang bisa saya tambahkan untuk memperoleh untung? Saya tidak tahu harus berkata apa tentang masa depan, apakah itu akan menjadi lebih buruk atau tidak. Tetapi itu adalah situasi yang sangat buruk," kata dia.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement