EKBIS.CO, MAGELANG -- Kabupaten Magelang hingga penghujung tahun 2019 menargetkan dapat menggaet 7 juta kunjungan wisatawan. Tingginya target tersebut seiring akses transportasi via darat dan udara yang dinilai semakin mudah.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso, mengatakan, Magelang sebagai daerah yang telah fokus pada pariwisata berbasis ekonomi kerakyatan harus mendapatkan penambahan kunjungan.
"Magelang sekarang bisa di akses lewat empat bandara. Ahmad Yani Semarang, Adi Sumarmo Solo, Adi Sutjipto Yogyakarta dan yang terbaru New Yogyakarta International Airport. Lewat darat, adanya tol yang sudah selesai itu sangat memberi dampak," kata Iwan saati ditemui di Desa Losari, Kabupaten Magelang, Rabu (10/7).
Ia menyebut, dari 372 desa kelurahan di Magelang, 51 daerah di antaranya merupakan desa wisata. Destinasi utama yang paling terkenal yakni Candi Borobudur yang masuk dalam empat destinasi super prioritas pemerintah pusat. Selain itu, wisata alam seperti agro wisata maupun wisata air juga menjadi daya tarik utama.
Pada 2018 lalu, kata Iwan, Magelang berhasil mendapatkan kunjungan wisatawan sebanyak 6,3 juta orang. Kunjungan tersebut, terdiri dari 5,9 juta wisatawan dalam negeri dan 350 ribu wisatawan mancanegara.
Sementara untuk target 7 juta kunjungan tahun ini, Iwan menyebut wisatawan dalam negeri harus mencapai 6,5 juta kunjungan sedangkan wisatawan mancengara sebanyak 500 ribu kunjungan. "Semester I ini sudah tercapai sekitar 40 persen kunjungan. Memang sedang low season. Tapi nanti akan ramai menjelang akhir tahun," katanya.
Selain karena akses transportasi, Iwan mengklaim, mulai dikenalnya Magelang sebagai kawasan wisata karena pelayanan masyarakat lokal terus dibenahi. Menurut Iwan, hampir seluruh masyarakat Magelang saat ini menjadi pelaku usaha sektor pariwisata. Sebagai contoh, para petani salah dan padi, juga menjadikan kebun yang dimiliki sebagai kawasan agro wisata.
Meski begitu, Iwan mengatakan, masalah perbaikan kualitas sumber daya manusia lokal masih menjadi pekerjaan besar ke depan. Termasuk, upaya menggenjot sertifikasi para pemandu di kawasan wisata agar memiliki daya tawar yang kuat di hadapan pengunjung.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti, mengingatkan agar pemerintah daerah tidak sekadar menjual destinasi yang dimiliki. Namun, mengembangan story telling sebagai basis kearifan lokal yang bisa menarik perhatian calon wisatawan.
"Jangan terlalu sibuk menjual destinasi. Tapi menjual story telling. Pariwisata itu experience. Wisatawan harus dapat pengamanan yang unik," kata dia.