Ahad 14 Jul 2019 09:29 WIB

Listrik Solusi Lepas dari Ketergantungan Bahan Bakar Fosil

Kebutuhan minyak Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta barel per hari.

Red: Nidia Zuraya
Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar
Foto: Prayogi/Republika
Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar

EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil masih sangat tinggi. Menurutnya, energi listrik bisa menjadi salah satu jawaban untuk mengatasi masalah tersebut.

"Kalau kita mampu mengubah energi yang kita butuhkan berasal dari listrik, misalnya mobil listrik, kompor listrik, maka yang dinamakan Migas itu makin lama makin berkurang," ujar Arcandra saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Bisnis Energi 2 di Wisma Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Sabtu (13/7).

Baca Juga

Menurutnya, kebutuhan minyak Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta barel per hari. Sementara produksi dari blok-blok yang sudah ada kurang dari 800 ribu barel per hari. Artinya, Indonesia harus mengimpor defisit sebesar 600 ribu barel dari luar negeri.

Guna mengurangi defisit Migas ini selain dengan upaya pemerintah yang terus mengeksplorasi potensi Migas di Indonesia, cara lainnya dengan pengoptimalan energi listrik.

Menurut dia, banyak potensi sumber daya alam yang bisa jadi sumber listrik seperti pemanfaatan panas bumi (Geothermal), angin, ombak, dan surya. Apabila dioptimalkan maka akan membantu mengurangi ketergantungan akan impor Migas.

"Listrik itu mampu kita hasilkan dalam negeri. Kalau kita mampu menghasilkan listrik maka kedaulatan energi Insya Allah akan tercapai tanpa terganggu oleh pergolakan politik regional dan internasional," kata dia.

Potensi penghematan dari sektor tersebut pun tinggi. Ia mengasumsikan apabila harga minyak dunia 60 dolar AS per barel sementara kebutuhan impor Indonesia 600 ribu barel per hari, maka dalam satu tahun harus mengeluarkan 10 miliar dolar AS.

Apabila energi listrik berhasil dikembangkan maka akan menghemat 10 persen dari 10 miliar dolar AS yang dikeluarkan Indonesia untuk mengimpor minyak pertahun.

"Kita hemat 10 persen saja dengan menggantikan dengan listrik itu satu miliar dolar per year. Angka itu mampu membangun satu Car Manufakturing dengan menghemat 10 persen saja impor kita," katanya.

Maka dari itu, ia mendorong pengusaha dan perbankan dalam negeri untuk menginvestasikan dalam sisi pengembangan energi terbaharukan. Pasalnya sebelum menuju pengembangan energi listrik, infrastruktur harus dibangun terlebih dahulu sebagai pondasi awal menuju Indonesia yang berdaulat dalam energi.

"Infrastruktur harus dibantu, 10 miliar (dolar) tadi yang harus kita tutup dulu kebocoran-kebocoran impor. Kemudian infrastrukturnya kita bangun," kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement