EKBIS.CO, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dan Singapura bertekad untuk terus memperkuat dan memperluas kerjasama agribisnis antar kedua negara melalui peningkatan dan perluasan komoditas ekspor. Kerjasama perluasan pasar ekspor ini sejalan dengan kebijakan Mentan Amran untuk menggerakkan ekspor produk pertanian diantaranya hortikultura.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam hasil sidang ke-15 Forum Kerjasama Agribisnis Indonesia dan Singapura atau yang dikenal dengan Agribussiness Working Group (AWG) digelar mulai tanggal 16 Juli 2019 di Singapore Food Agency Headquarter (SFA).
Pertemuan yang dilanjutkan dengan sidang Six Working Group Senior Official Meeting (6WG SOM) antara Indonesia dan Singapura tersebut mengagendakan pembahasan perkembangan di masing-masing working group (WG). Pertama, WG on Bintan Batam Karimun and Special Economic Zones, kedua, WG on Investment, ketiga, WG on Man Power, keempat, WG on Transportation, kelima, WG on Agribusiness dan keenam , WG on Tourism.
Delegasi sidang AWG, Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, diikuti perwakilan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, serta staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura. Sedangkan delegasi Singapura dipimpin oleh CEO SFA. Sementara pada pertemuan SOM di Hotel Mandarin Orchad (17/7), dipimpin oleh Permanent Secretary of the Ministry of Trade and Industry of Singapore dan Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian.
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, RR Liliek Sri Utami mengatakan kinerja subsektor pertanian dalam forum AWG Indonesia-Singapura paling menonjol. Forum AWG ini punya tiga Sub Working Group (SWG) yang dievaluasi kinerja pelaksanaannya dengan Key Performance Indicators (KPI) selama kurun waktu 2016 – 2020.
“Hingga akhir tahun 2018, hanya SWG on Agriculture yang telah memenuhi KPI, sedangkan SWG lainnya yaitu Fish and Fisheries Products baru melaksanakan 3 kegiatan. Kementan selama ini selalu proaktif mengawal forum kerjasama ini,” ujar Liliek di Singapura, Jumat (19/7).
Liliek mengungkapkan delegasi yang dipimpinnya mendorong peningkatan ekspor buah dan sayuran ke Singapura melalui pengembangan kawasan perbatasan dan korporasi. Ekspor buah Indonesia ke Singapura tahun 2018 mencapai 3.043 ton, meningkat 42% dibanding tahun 2017 yang hanya sebanyak 2.140 ton. Kemudian, ekspor sayuran 2018 sebanyak 20.218 ton, naik 5% dibanding periode 2017 sebanyak 19.297 ton.
"Program Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun juga akan terus didorong dan dipacu. Kita sudah ekspor nenas pada tahun 2018 lalu dari Karimun. Kita juga sudah usulkan agar tanaman obat dan tanaman hias bisa masuk dalam lingkup kerjasama forum AWG ini agar cakupan ekspor kita bisa lebih luas lagi," tuturnya.
Pertemuan Agribussiness Working Group (AWG) di Singapura
Terkait aturan perkarantinaan, Liliek menjelaskan Kementan telah mengembangkan model kerjasama Electronic Certification (eCert) dalam prosedur perkarantinaan untuk memfasilitasi ekspor dan impor produk buah, sayur dan perikanan. Pihak Singapura sudah berkomitmen untuk memfasilitasi usulan ini dan menghubungkan dengan pihak NParks yang menangani perkarantinaan disana.
Delegasi Singapura berencana hadir ke Indonesia guna menjajaki perluasan ekspor pada forum Trade Expo Indonesia (TEI) pada16 - 20 Juli 2019 di Jakarta.
"Pelaksanaan expo tersebut diyakini mampu menjadi sarana temu bisnis baik pelaku industri buah dan sayuran bahkan perikanan antara kedua negara serta sarana promosi bagi produk unggulan Indonesia," ujar Liliek.
Sesuai arahan Mentan Amran untuk kemudahan dan percepatan ekspor, maka diplomasi perdagangan yang kuat dan berbagai kemudahan kemudahan yang diberikan pemerintah. Kementan optimis ekspor ke Singapura akan semakin meningkat.