EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan melaporkan stabilitas sektor jasa keuangan pada semester I-2019 dalam kondisi terjaga. Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulan Juli yang digelar Rabu (24/7) di Jakarta menyimpulkan beberapa indikator terkini ekonomi global masih mengindikasikan perlambatan.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dan pertumbuhan ekspor negara-negara ekonomi utama dunia terpantau masih melambat. Kondisi tersebut semakin meningkatkan ekspektasi pasar untuk kebijakan moneter global yang lebih akomodatif terhadap pertumbuhan.
"Sehingga berdampak pada berkurangnya tekanan likuiditas di pasar keuangan global dan mendorong kembali masuknya arus modal ke pasar emerging markets," kata dia di Jakarta, Rabu (24/7).
IHSG ditutup pada level 6.358,63 meningkat sebesar 2,65 persen di paruh pertama 2019 dengan net buy investor nonresiden sebesar Rp 68,80 triliun. Pada kuartal II tercatat Rp 56,67 triliun dan selama Juni sebesar Rp10,96 triliun.
Penguatan terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), tercermin dari turunnya rata-rata yield SBN sebesar 57,64 basis poin. Dengan investor nonresiden yang mencatatkan net buy sebesar Rp 95,50 triliun, Rp21,63 triliun pada kuartal II, dan selama Juni sebesar Rp 39,19 triliun.
Kinerja intermediasi sektor jasa keuangan juga meningkat di semester I 2019. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan meningkat sebesar 7,42 persen yoy, tertinggi dalam delapan bulan terakhir, didorong oleh meningkatnya pertumbuhan deposito dan giro perbankan.
Pada periode yang sama, asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi berhasil menghimpun premi masing-masing sebesar Rp 85,65 triliun dan Rp 50,93 triliun. Di pasar modal, korporasi berhasil menghimpun dana sebesar Rp 96,25 triliun selama satu semester, Rp 68,28 triliun pada kuartal II dan selama Juni sebesar Rp 41,48 triliun. Jumlah emiten baru tercatat sebanyak 29 emiten dengan 18 emiten rencana penawaran umum di pipeline.