Jumat 26 Jul 2019 16:15 WIB

PLN Diminta Tambah Penggunaan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan akan mengurangi impor minyak mentah.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta kepada PT PLN (Persero) terus meningkatkan penggunaan bahan bakar pembangkit yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya melalui pemanfaatan Bahan Bakar Nabati dari minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO), yang dikenal sebagai Fatty Acid Methyl Esters (FAME). 

Hal ini diungkapkan Jonan saat meresmikan 16 proyek kelistrikan yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Kamis (25/7). Selain mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), penambahan FAME pada pembangkit juga ramah lingkungan.

Baca Juga

"Membangun pembangkit yang ramah lingkungan itu pilihannya dua, apakah dalam waktu singkat, menggunakan LNG yang harus membangun jetti sendiri, storage dan sebagainya atau (kedua) menggunakan CPO," ujar Jonan. 

Penggunaan CPO manfaatnya membantu mengurangi impor BBM atau crude sehingga membantu neraca perdagangan negara dan membantu mengurangi dampak polusi lingkungan lantaran merupakan renewable (energi terbarukan. Jonan menambahkan, pemanfaatan CPO untuk pembangkit ini sudah diaplikasikan di berbagai negara, salah satunya di Napoli, Italia. 

Menurut Jonan, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Napoli bahkan sudah dapat menggunakan bahan bakar 100 persen berbasis CPO. "Kalau (Indonesia) menggunakan ini juga bisa membantu petani-petani kita. Ada 16 juta petani-petani kelapa sawit yang bergantung kepada kita dengan membantu membeli produk mereka, tetapi yang lebih penting adalah mengurangi polusi dan impor BBM," kata Jonan. 

Saat ini, PLN telah melakukan uji coba penggantian bahan bakar pada empat pembangkit listrik dengan menambahkan biodiesel berbasis minyak sawit sesuai arahan Menteri ESDM tersebut. Keempat pembangkit yang telah diujicoba adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Batakan 50 Megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW PLTD Kanaan di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.

Jonan menambahkan, program mandatori BBN jenis biodiesel sebagai campuran BBM jenis minyak solar pada sektor PSO, nonPSO, industri dan komersial, serta pembangkit listrik telah dilucurkan pemerintah tahun lalu. Program ini dilaksanakan untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan. 

Jonan berharap program ini tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan memberikan penghematan devisa melalui pengurangan impor solar. Program ini diharapkan juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sawit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement