Para pekerja profesional tentu sudah tak asing lagi dengan jejaring sosial LinkedIn, atau bahkan mereka telah memiliki akun untuk mengaksesnya. Dari kesuksesan LinkedIn, ada sosok pria yang menjadi kaya raya, yakni pendirinya Redi Hoffman.
Pria yang lahir di Palo Alto itu semasa remaja bisa dikatakan sebagai anak yang cerdas. Ia bercita-cita ingin melakukan sesuatu yang bisa mempengaruhi atau menginspirasi banyak orang.
Hoffman mulanya berpikir bidang akademisi bisa mewujudkan hal tersebut. Namun, lambat laun ia menyadari bahwa akademisi hanya sedikit orang yang bisa ia pengaruhi. Oleh karena itu, ia beralih ke dunia bisnis.
Baca Juga: Sosok Pria di Balik Terciptanya WordPress
Guna mencari pengalaman, lulusan gelar master ilmu filsafat Oxford University ini akhirnya bergabung dengan Apple Computers pada tahun 1994.
Ia menjadi Senior User Experience Architect yang bertanggung jawab atas desain dan peluncuran eWorld International, iklan baris, dan proyek strategis lainnya.
Pada tahun 1996, eWorld diakuisisi oleh AOL. Setelah bekerja di sana selama sekitar dua tahun, ia pindah untuk bergabung dengan Fujitsu Software Corporation selama sekitar satu setengah tahun sebagai Direktur Manajemen dan Pengembangan Produk pada Februari 1996.
Memasuki pertengah tahun 1997, akhirnya Hoffman memberanikan diri untuk mendirikan usaha pertamanya, yakni SocialNet, sebuah platform kencan online. Namun, SocialNet tak panjang umur, akhirnya Hoffman menutupnya dan ia berkaried di PayPal tahun 2000.
Baca Juga: Bos WhatsApp: Pernah Merasakan Tidur Tanpa Atap
Tiga tahun di PayPal, Hoffman dikenal sebagai Firefighter-in-Chief. Dia diangkat sebagai COO pada saat PayPal diakusisi oleh eBay pada 2002 seharga US$1,5 miliar.
Setelah meninggalkan PayPal, ia kemudian menciptakan salah satu platform jaringan profesional terbesar di dunia, LinkedIn. Melalui platform inilah kekayaannya mulai bertambah.
LinkedIn ia bangun bersama dua rekannya di SocialNet dan satu rekannya dari Fujitsu. Platform tersebut resmi diluncurkan Mei 2003 dengan mendapat investasi dari Peter Thiel dan Keith Rabois.
Meski sempat sulit diterima oleh masyarakat, LinkedIn terus melakukan inovasi hingga saat ini menjadi aplikasi ternama.
Baca Juga: Enggak Nyangka! Begini Kehidupan Liar CEO Twitter Jack Dorsey
Pada tahun 2011, setelah menerima total investasi sekitar US$110 juta dari investor termasuk Sequoia Capital, Greylock, Bain Capital Ventures, Bessemer Venture Partners dan European Founders Fund, LinkedIn menjadi perusahaan publik. Kepemilikan Hoffman di perusahaan diperkirakan US$2,34 miliar. Pada tahun yang sama, LinkedIn mengumumkan pendapatan senilai US$154,6 juta dalam pendapatan iklan saja yang jauh lebih dari Twitter.
Melansir dari Forbes, Hoffman menjual LinkedIn ke Microsoft pada 2016 dengan nilai US$26,2 miliar. Selanjutnya, ia bergabung dengan Microsoft.
Kepopuleran LinkedIn membuat pendirinya Reid Hoffman menjadi kaya raya. Forbes mencatat, kekayaan bersih Reid sebesar US$1,9 miliar atau setara dengan Rp26,6 triliun.