Jumat 09 Aug 2019 18:25 WIB

BKPM: Indonesia Harus Lebih Terbuka pada Investasi Asing

Indonesia berada di peringkat tiga terbawah negara terbuka terhadap investasi asing

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BKPM Thomas Lembong dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/4). Adinda Pryanka
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BKPM Thomas Lembong dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/4). Adinda Pryanka

EKBIS.CO, JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebutkan Indonesia sebagai negara yang tertutup bagi investasi asing dibanding dengan negara tetangga. Data ini disampaikan Lembong berdasarkan studi dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang baru dirlis pekan lalu.

Dari 60 negara yang tercatat, Indonesia berada di peringkat tiga besar terbawah. "Artinya, Indonesia paling tertutup bagi investasi asing dan investasi internasional," tuturnya dalam acara Seminar Nasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (9/8).

Baca Juga

Kondisi Indonesia yang tertutup tersebut patut menjadi perhatian. Sebab, Lembong mengatakan, negara yang paling membuka diri terhadap keikutsertaan investasi asing justru menjadi negara paling berkembang. Begitupun sebaliknya, memberikan retriksi kepada investasi asing akan menghambat ekspansi industri domestik.

Lembong menegaskan, untuk membuka diri dengan investasi asing, suatu negara tidak harus menunggu dirinya kaya terlebih dahulu. Justru, sejarah dan kronologi mereka jelas menunjukkan, mereka memberikan kesempatan besar bagi investor dari negara lain dulu. "Baru dia kaya," katanya.

Keterbukaan diri terhadap investasi internasional disebut Lembong sebagai salah satu reformasi perekonomian yang paling ampuh. Ia memberikan contoh, perbankan yang dulu relatif tertutup pada tiga dekade lalu.

Saat itu, sambungnya, hanya ada bank pemerintah atau BUMN. Dampaknya, sektor perbankan menjadi tidak dinamis.

Oleh karena itu, dibutuhkan deregulasi dengan membuka bank asing masuk, sehingga bank swasta berkembang dan perbankan didesain secara dinamis. Saat ini, Lembong menilai, performa perbankan menjadi sangat progresif dan modern.

Bahkan, kini industri perbankan juga mulai bergeser pada pemanfaatan teknologi finansial (fintech). Tidak hanya bank swasta, bank pemerintah juga terus berkembang. Lembong menjelaskan, peringkat 10 bank teratas di Indonesia masih diisi oleh bank BUMN.

Lembong mengakui, transformasi investasi ini tidak akan mudah diterima oleh semua pihak. Di awal deregulasi atau membuka investasi asing, pasti terdengar suara kontra.

"Sektor di dalam negeri teriak teriak," katanya.

Tapi, Lembong menegaskan, seiring berjalan waktu, sektor dalam negeri justru akan menerima efek positifnya. Bahkan, mereka justru yang akan menikmati manfaat paling besar dari sebuah pasar yang lebih dinamis dan kompetitif. Ujungnya, perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh.

Negara yang patut menjadi contoh atas keterbukaan terhadap investasi asing adalah Cina. Lembong menyebutkan, arus modal asing ke Negeri Tirai Bambu luar biasa dahsyat. Dampaknya, dalam 20 tahun, eperekonomian mereka dapat tumbuh 20 kali lipat.

"Dari 500 miliar dolar AS per tahun, menjadi 13 triliun dolar AS per tahun," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement