EKBIS.CO, JAKARTA -- China dengan sengaja membiarkan mata uang Yuan melemah sebagai aksi penyerangan balik terhadap Amerika Serikat (AS). Pelemahan Yuan tersebut cukup berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.
Menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef) perang dagang kedua negara tersebut berdampak dua jalur yakni jalur perdagangan dan jalur nilai tukar. Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan jalur perdagangan membuat impor dari China akan semakin besar karena produk-produk China semakin murah.
"Pada gilirannya akan mendorong defisit perdagangan yang dalam jangka waktu beberapa bulan akan melemahkan perekonomian. Ini dengan catatan kalau misalnya perdagangan kita menggunakan dolar," ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (11/8).
Selanjutnya, kata Tauhid, jalur nilai tukar antara nilai tukar rupiah terhadap Yuan China. Jika rupiah terlalu kuat maka tentu saja sama efeknya maka barang impor akan semakin murah dan memiliki peluang impor produk China akan semakin meningkat.
"Namun memang kita impor pada Mei 2019 dengan mata uang yuan China (CNY) hanya sebesar 1,49 persen dibandingkan mata uang lainnya. Artinya, efek pertama yang jauh lebih besar," ucapnya.
Ke depan, Tauhid melihat perang dagang tersebut akan berpengaruh lebih besar mengingat Indonesia membeli produk impor tersebut umumnya dalam bentuk dolar ketimbang yuan China (CNY), sehingga kalau nilai mata uang china diturunkan drastis hingga 15 persen.