Selasa 13 Aug 2019 07:54 WIB

Dolar AS Melemah karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi

Yen menguat ke level tertinggi terhadap dolar AS karena tensi perang dagang AS-Cina.

Rep: Antara/ Red: Friska Yolanda
Seorang pembeli menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Seorang pembeli menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019).

EKBIS.CO,  NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (12/8). Pelemahan terjadi karena investor khawatir ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagang utamanya akan menekan ekonomi negara itu.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,11 persen menjadi 97,3933 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1219 dolar AS dari 1,1207 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2077 dolar AS dari 1,2055 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6753 dolar AS dari 0,6791 dolar AS.

Baca Juga

Dolar AS dibeli 105,27 yen Jepang, lebih rendah dari 105,57 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9689 franc Swiss dari 0,9722 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3244 dolar Kanada dari 1,3208 dolar Kanada.

Yen Jepang naik ke level tertinggi terhadap dolar sejak Maret 2018. Investor meningkatkan taruhan bahwa mata uang safe-haven bisa meningkat lebih banyak jika konflik perdagangan berkepanjangan. Yen terakhir 0,38 lebih kuat terhadap dolar AS di 105,27.

"Yen yang lebih kuat berada di atas prospek perang perdagangan AS-Cina yang berlarut-larut. Semakin lama perang dagang berlarut-larut, semakin besar kemungkinan akan membebani (pada) pandangan global dan menggerogoti ekonomi dunia, negatif untuk moral pasar,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, seperti dikutip oleh Reuters.

Analis Goldman Sachs pada Minggu (11/8) mengatakan mereka tidak lagi memperkirakan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan perdagangan sebelum pemilihan presiden 2020. Mereka menurunkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan kuartal keempat AS dan mengatakan kemungkinan perang perdagangan yang berlarut-larut akan menyebabkan resesi meningkat.

Pekan ini perhatian pasar akan tertuju pada penjualan ritel dan produksi industri Cina untuk Juli, yang dijadwalkan pada Rabu (14/8), untuk mengukur dampak perang dagang terhadap aktivitas domestik. Investor juga akan fokus pada simposium tahunan Federal Reserve (Fed) AS di Jackson Hole, Wyoming, akhir bulan ini, mencari kejelasan yang lebih besar tentang jalur suku bunga di masa depan. Pasar mengharapkan dua atau tiga pemotongan suku bunga tambahan dari The Fed pada akhir tahun ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement