REPUBLIKA.CO.ID KARAWANG -- PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memiliki berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar wilayah operasinya. Salah satunya program CSR unggulan PHE ONWJ yaitu pengelolaan hutan pendidikan di wilayah pesisir Subang dan Karawang, bernama Kapal Kehati GreenThink yang sudah ditetapkan sebagai Jawara Wisata Subang oleh Bupati.
Keberhasilan ini mendorong perusahaan untuk melakukan replikasi di Desa Pasir Putih Karawang. Pada 2017 lalu di Pasir Putih sudah memiliki program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP), program tersebut terus berjalan dan pada 2018 berkembang dengan program Ekowisata Mangrove Pasir Putih Karawang.
VP Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya mengatakan ia melihat berbagai permasalahan di Pasir Putih. Di sini ada 938 keluarga yang terancam terkena abrasi pantai, padahal kehidupan mereka juga bergantung terhadap hasil laut, istri nelayan juga tidak produktif.
"Dari permasalahan tersebut, kami usung program untuk membantu mempercantik lingkungan serta bisa menambah perekonomian bagi mereka," ujar Ifki seperti dalam siaran persnya, Sabtu (17/8).
Caranya dengan membuka ekowisata mangrove dan terumbu karang, peningkatan kapabilitas nelayan. Selain itu memberdayakan istri nelayan dengan meningkatkan kapasitas mereka mengolah produk hasil laut terutama rajungan, mengingat Pasir Putih ini merupakan sentra rajungan di Jawa Barat.
Untuk mengatasi abrasi pantai, PHE ONWJ dan masyarakat bergotong royong untuk menggunakan ban bekas sebagai media penahan abrasi. Ada sekitar 2.000 ban bekas yang digunakan sebagai media penahan abrasi untuk lahan pesisir seluas 14.440 meter persegi.
PANTAI PASIR PUTIH, Sejumlah masyarakat sedang bermain dan berfoto di Taman Mangroove di Pantai Pasir Putih, Karawang, Jawa Barat, Selasa (13/8). Taman Mangroove ini salah satu program unggulan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) diwilayah pesisir Subang dan Karawang.
Bukan hanya itu, kolaborasi ini menghasilkan 20 hektare lahan termanfaatkan sebagai ekowisata mangrove terintegrasi. Ada 90 ribu mangrove yang sudah tertanam di area tersebut.
Terbentuknya kelompok pengelola ekowisata juga membuat perekonomian nelayan dan masyarakat Pasir Putih meningkat, terbukti kelompok nelayan dan masyarakat berhasil mendapatkan omzet sebesar Rp 25.200.000 per tahun dari pengelolaan kawasan Ekowisata Mangrove dan Terumbu Karang Pasir Putih.
"Ekowisata Pasir Putih bisa dinikmati masyarakat umum. Di sini, ada wisata mangrove, wisata terumbu karang, bird watch tower, rajungan icon, pembibitan mangrove dan dramaga untuk berfoto," jelasnya.
Ifki berharap, apa yang diupayakan PHE ONWJ dapat melestarikan mangrove sehingga kesejahteraan masyarakat Pasir Putih juga meningkat