EKBIS.CO, NUSA DUA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, rencana impor daging sapi asal Brasil oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat mencegah monopoli harga daging serupa di Australia. Terlebih, daging sapi Brasil dinilai lebih kompetitif dibandingkan daging Australia.
Seperti diketahui, pemerintah menunjuk BUMN sebagai pelaksana importasi daging sapi asal Brasil dengan kuota sebesar 50 ribu ton. Kuota tersebut dibagi kepada tiga perusahaan BUMN seperti Perum Bulog sebesar 30 ribu ton, PT Berdikari sebesar 10 ribu ton, dan PT Perusahaan Perdagangan (PPI) sebesar 10 ribu ton.
“Dari aspek kepentingan supaya enggak ada monopoli, itu bagus. Jadi masyarakat ada pilihan. Dan kalau ada monopoli, maka harga pasti akan naik. Ini tidak ada monopoli, harusnya terjadi kompetisi,” ujar Enggar saat ditemui Republika.co.id, di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8).
Saat ini, menurut dia pemerintah tengah mengatur dan memastikan daging impor Brasil itu tidak mengandung penyakit mulut dan kuku (PMK). Pemeriksaan dan tindaklanjut hal tersebut saat ini masih diupayakan di Kementerian Pertanian (Kementan).
Proses tersebut perlu dilakukan apabila impor daging Brasil memang perlu direalisasikan BUMN. Dia menjelaskan, terdapat pengecualian peraturan pemeriksaan PMK oleh dua negara pengekspor daging sapi ke Indonesia, yakni Selandia Baru dan Australia.
Kendati demikian dia menegaskan, harga daging sapi Brasil lebih kompetitif jika dibandingkan dengan daging asal Australia. “Mahalan (daging) Australia. Tapi dengam masuk dari Brasil, mungkin Australia jadi ada saingan dan mungkin akan diturunkan,” ujarnya.
Mendag memastikan, kualitas daging sapi Brasil juga cukup bersaing jika dibandingkan dengan daging Australia. Sebagai catatan, importasi tersebut rencananya bakal dilakukan dalam bentuk beku.
Seperti diketahui, kebijakan impor daging sapi Brasil merupakan keputusan yang ditetapkan dalam rapat koordinasi (rakor) Kemenko Perekonomian beberapa waktu lalu. Tujuannya, importasi dilakukan agar tidak ada monopoli pasokan sapi impor oleh satu negara tertentu saja.
Sejauh ini, importasi daging sapi Indonesia hanya didominasi oleh dua negara tersebut. Dengan masuknya daging sapi asal Brasil, pemerintah berharap harga daging ke depannya di pasar bisa ditekan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor daging sapi Australia ke Indonesia pada 2017 mencapai 85 ribu ton atau sekitar 53 persen dari total impor sebesar 160.197 ton. Adapun nilai impornya mencapai 296,3 juta dolar AS.
Sedangkan untuk daging kerbau, impor oleh Indonesia didominasi oleh India dengan capaian sebesar 55 ribu ton atau senilai 116 juta dolar AS. Di posisi ketiga ada Amerika Serikat dengan total 14 ribu ton senilai 55,98 juta dolar AS.
Untuk itu, Enggar menargetkan dalam tiga bulan ke depan setelah realisasi impor oleh Brasil terlaksana, harga sudah mulai dapat ditekan. “Kalau nanti BUMN mau kerja sama dengan swasta (untuk distribusinya) silakan saja. Yang penting importirnya itu BUMN,” ujar Enggar.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Eko Taufik Wibowo menyampaikan, realisasi impor daging asal Brasil oleh perusahaannya sudah masuk dalam tahap proses pemberian surat perizinan impor (SPI) dari Kemendag. Dia menyebut, realisasi impor bakal dilakukan secepatnya usai SPI tersebut keluar.
“(Kalau SPI sudah keluar), langsung impor. Proses pengadaannya pararel, pertengahan September kemungkinan sudah masuk,” ujarnya.
Rencananya, kata dia, daging impor sapi Brasil itu bakal didistribusikan ke sejumlah asosiasi, distributor, serta ritel. Terkait dengan perbandingan harga daging sapi Brasil dengan Australia, Eko mengakui harga daging Brasil jauh lebih kompetitif.
“Kalau di Australia itu 4 dolar AS lebih, daging Brasil bisa di bawah itu,” ujarnya.