EKBIS.CO, JAKARTA — Pengamat Ekonomi Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim menilai kualitas jagung lokal lebih bagus dibandingkan impor. Pasalnya, saat ini jagung lokal Indonesia memiliki kandungan protein lebih banyak. Varietasnya banyak.
Apalagi saat musim kemarau ini, kualitasnya lokal jauh lebih tinggi lagi. Musim kemarau membuat jagung lokal kualitas jauh lebih bagus. Lebih segar. Tidak ada GMO. Tidak kopos dan lebih diminati peternak.
“Saya pastikan harganya juga bagus, kandungan qizi lebih banyak, lebih fresh dan tetap diminati peternak. Dalam ekonomi, kondisi ini wajar, dimana barang yang berkualitas dan tinggi peminatnya akan diikuti kenaikan harga," jelas Karim di Jakarta, Kamis (22/8).
Karim menekankan kondisi harga jagung bukan karena stok atau produksi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil kebijakan impor sebab nantinya akan merugikan petani.
"Lihat saja data Kementerian Pertanian, target produksi jagung hingga akhir tahun 2019 ini sebanyak 33 juta ton. Angka ini naik dari realisasi 2018 sebesar 28,92 juta ton, dipastikan surplus melebihi kebutuhannya" bebernya.
Petani memanen jagung yang sudah dikeringkan di Desa Handap Herang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (2/8/2019).
"Artinya dari produksi jagung lokal dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Lagian kalau impor akan rugi karena dalam transaksi dalam kurs asing. Jadi bila akan impor pasti itu kebijakan keliru," sambung Karim.
Sementara itu, Maxydul Sola, Sekretaris Dewan Jagung Nasional (DJN) mengatakan saatnya fokus meningkatkan produktivitas jagung di dalam kawasan sentra sentra jagung. Hilirisasi dan alat alat pasca panen dan pergudangan disiapkan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga jagung di dalam negeri. Harga di petani saat ini bagus, di atas Rp 3.150 perkg.
"Kondisi saat ini ada pertanaman dan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan. Ini kita lakukan bersama semua pihak, kita di DJN bekerja bareng, membangun kemitraan petani dengan pelaku usaha," ujarnya.
Sola menyebutkan rata-rata produktivitas jagung lokal sekitar 6 ton per hektare. Karena itu, DJN mendukung untuk produktivitas naik menjadi 8 hingga 10 ton per hektare. Banyak sentra produksi yang sudah bisa mencapai target produktivitas tersebut, misal Sumbawa, Dompu, Sulawesi Selatan, Lampung dan Gorontalo.
Tercukupinya kebutuhan jagung akan semakin menjauhkan Indonesia dari keran impor jagung yang merugikan petani. "Sekarang kita sudah membuat sentra-sentra jagung setiap wilayah dan penanaman terus dilakukan. Selain di lahan sawah juga di lahan kering dan perkebunan. Sejauh ini tidak ada masalah," katanya.
Sola mengatakan untuk meningkatkan areal tanam di musim kemarau, DJN mendorong pembuatan embung dengan dana Desa serta menggunakan Pompa air tanah dalam dengan pengembangan pengairannya pakai sprinkler agar terhindar dari kekeringan. Untuk tambahan areal tanam baru diadakan kerjasama dengan Pondok Pesantren serta pemanfaatan lahan Perhutani yg dikelola oleh LMDH dengan pola Kemitraan tertutup
"Saat ini Pabrik pakan Gudang gudang dalam kondisi penuh serta pasokan tetap mengalir sehingga pabrik kesulitan mengatur truck yang antri membongkar jagung," terang Sola.
Sebelumnya, Ivan Hindarko dari PT Cargill Indonesia yang memiliki kapasitas 700 ribu ton jagung mengatakan para produsen pakan ternak pun masih komit menggunakan bahan baku jagung lokal dan tidak ada masalah suplai.
"Kita masih komitmen menggunakan bahan baku lokal dan mengakui adaya kelebihan mutu di jagung lokal kita," jelasnya.
Seorang petani menjemur jagung di Desa Jati Mulya, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (25/7/2019).
Selain kandungan protein jagung lokal lebih tinggi 7,0 hingga 7,5 persen dibandingkan jagung impor. Bahkan menurut Dean Novel dari Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis (DNA) mengatakan kini tengah mengembangkan Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) bisa diproduksi di dalam negeri dalam skala ekonomi.
"DNA di Lombok Timur sudah mengirimkan sebanyak 120 ton JRA ke PT Green Fields. Bahkan JRA lokal diakui oleh Green Fields tidak kalah mutunya dengan JRA impor," cetusnya.
Perlu diketahui, pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya mitigasi dengan menggerakkan tanam di musim kemarau ini. Neraca produksi jagung pun masih aman dibandingkan tahun lalu. Luas tanam di periode Januari- Juli tahun ini juga masih aman seperti tahun lalu.
"Artinya tidak perlu ada kekhawatiran stok jagung berkurang karena kemarau ini," tegas Novel.