Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Grab akan menginvestasikan US$500 juta (sekitar Rp7,1 triliun) di Vietnam selama lima tahun ke depan untuk menangkap peluang ekonomi digital yang sedang berkembang di negara itu.
Pengumuman itu muncul setelah Presiden Grab, Ming Maa mengidentifikasi Vietnam sebagai fokus pasar berikutnya dalam laporan Reuters sebelumnya.
"Investasi tersebut merupakan cerminan dari komitmen kami yang berlipat ganda ke Vietnam. Perekonomian negara yang berkembang pesat dan populasi muda dengan mobilitas tinggi membuatnya matang untuk adopsi layanan digital," ujar Kepala Operasi Regional Grab, Russell Cohen, dilansir dari Kr-Asia (28/8/2019).
Investasi setengah miliar dolar itu akan digunakan untuk meluncurkan layanan baru di Vietnam dan memperluas jaringan transportasi, makanan, dan pembayaran Grab di negara tersebut sembari mengidentifikasi peluang baru dalam solusi mobilitas, fintech, dan logistik, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Country Head Grab Vietnam, Jerry Lim mengatakan, "Investasi itu juga akan mendorong upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Vietnam di luar end-user ekosistem aplikasi super kami."
Grab juga berencana bermitra dengan lembaga keuangan untuk memberikan layanan kepada pengusaha mikro dan usaha kecil, meningkatkan jumlah staf litbangnya untuk bekerja dengan penerintah dalam mengurangi masalah perkotaan menggunakan data. Grab juga berniat mengurangi limbah plastik dari layanan GrabFood di Vietnam.
Sejak lima tahun yang lalu, Grab telah hadir di 43 provinsi dan kota-kota di Vietnam dengan layanan meliputi: transportasi, pengiriman makanan, dan paket. Pada 2018, Grab bermitra dengan perusahaan fintech lokal Moca untuk meluncurkan dompet digital.
Di Vietnam, GrabFood telah berkembang ke 15 kota dan provinsi di Vietnam sejak diluncurkan di Kota Ho Chi Minh pada Juni 2018. Operasi Grab di Vietnam tak sepenuhnya mulus. Perusahaan itu terjerat dalam gugatan panjang dengan perusahaan taksi lokal Vinasun dan peraturan pemerintah yang lebih ketat.