EKBIS.CO, JAKARTA -- Tingkat penetrasi asuransi jiwa dan kesehatan masih lemah karena banyaknya miskonsepsi. Perencana Keuangan Finansialku, Widya Yuliarti menyampaikan banyak orang mengira asuransi adalah investasi padahal tidak demikian.
Perencana keuangan biasanya menyarankan penggunaan asuransi sebagai alat untuk melindungi arus kas. Seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga biasanya disarankan untuk memiliki asuransi jiwa dan kesehatan.
"Sebenarnya, asuransi itu fungsinya untuk melindungi arus kas keluarga ketika muncul risiko maka tidak membebani keuangan yang ada," kata dia pada Republika.co.id, Kamis (29/8).
Misal untuk seorang bapak, asuransi jiwa dibutuhkan untuk melindungi tabungan pendidikan anaknya. Apabila risiko pekerjaan bertambah, maka seseorang dianjurkan untuk memiliki asuransi kesehatan.
Risiko selalu ada pada setiap hidup seseorang dan asuransi bermanfaat untuk meminimalisir pengaruh dari risiko tersebut. Asuransi syariah punya PR ganda, selain masyarakat yang tidak sadar manfaat asuransi, juga masyarakat yang tidak bisa membedakan antara syariah dan umum.
Widya menyampaikan asuransi syariah menggunakan asas tolong menolong. Ada dana tabarru yang dikumpulkan untuk saling menolong sesama anggota atau pemilik asuransi syariah.
"Dulu kan biasanya kalau ada orang sakit kita ikut patungan untuk membantu, nah asuransi syariah mengambil asas tolong menolong itu," kata Widya.
Biasanya, seseorang memahami manfaat asuransi saat terkena musibah atau sakit. Widya mengatakan seseorang sering kali berhutang saat sakit padahal itu menjadi beban bagi arus kas keuangan di masa depan. Sehingga lebih baik jika menyiapkan sejak awal. Widya menyampaikan seseorang bisa mengalokasikan sekitar 10 persen dari pendapatannya untuk asuransi. Jumlahnya bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.