Warta Ekonomi.co.id --- Startup berbagi tumpangan China, Didi Chuxing, akan mengimplementasikan taksi tanpa sopir (robotaxi) ke Shanghai. Rencana itu akan segera dimulai dalam tahun ini, walaupun belum diketahui rincian waktunya.
Perusahaan itu bekerja sama dengan pemerintah kota utuk menyediakan layanan itu di Jiading, distrik di dekat pusat komersial Negeri Tirai Bambu itu. 30 model armada Didi Chuxing akan memiliki kemampuan mengemudi otonom tingkat empat, satu tingkat lebih rendah dari otomatisasi penuh. Artinya, masih ada staf manusia yang terlibat dalam perjalanan itu.
"Didi memiliki potensi untuk menjadi bisnis pertama yang mewujudkan layanan taksi robot dalam skala besar di China," kata Chief Technology Officer Didi Chuxing, Zhang Bo pada Konferensi Kecerdasan Buatan Global di Shanghai, dilansir dari Nikkei Asian Review di Surakarta, Senin (2/9/2019).
Baca Juga: Akan Rilis Robotaxi di 2019, Produsen Mobil Nomor 1 AS Buka Lowongan Kerja 1.000 Orang
Inovasi Didi dalam teknologi swakemudi dimulai karena banyaknya data yang diolah dalam aplikasi dengan basis pengguna 550 juta orang itu. Agar taksi robot dapat bekerja dengan optimal, diperlukan data dari kamera dan sensor dalam jumlah besar, kemudian diproses menggunakan kecerdasan buatan (AI).
"Teknologi tanpa pengemudi kemungkinan akan mengubah lanskap industri, menjadi persaingan antaraliansi, bukan antarperusahaan," tambah Zhang.
Layanan taksi robot itu akan tersedia di aplikasi seluler Didi. Setidaknya, layanan itu akan beroperasi di tiga kota dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun, termasuk ekspansi ke luar negeri.
"Kita perlu meningkatkan investasi secara signifikan untuk mempersiapkan persaingan dengan AS," kata CEO Didi, Cheng Wei pada Kamis lalu.
Berdiri pada 2012, Didi mendominasi pasar berbagi tumpangan di China. Bahkan, mereka mengakuisisi operasional Uber di sana. Menggunakan data yang dihasilkan oleh 30 juta mitra pengemudinya, Didi sudah bekerja sama dengan polisi dan pihak berwenang lain dalam mengurangi kemacetan.
Pada Agustus lalu, Didi memutuskan untuk mengembangkan segmen swakemudi secara cepat. Unit bisnis itu akan menjadi bagian dari aliansi antara produsen mobil China, produsen baterai, dan perusahaan telekomunikasi bernama D-Alliance, menurut Zhang.
Ada pula mitra asing, seperti Toyota Motor, Volkswagen, Porsche, dan pemasok mobil Kanada Magna International dalam aliansi tersebut. Selain mengembangkan mobil otonom, Didi dan mitranya akan menyediakan layanan komprehensif, seperti perawatan, pembelian, dan penyewaan.
Aliansi Didi akan melawan Baidu yang dibeking oleh Google. Baidu mempelopori proyek Apollo, platform mengemudi otonom dengan 150 anggota. Apollo akan memulai uji coba kendaraan otonom di Provinsi Hunan, China pada akhir 2019.
Meskipun Didi baru mulai mengembangkan teknologi kemudi otonom pada 2016, perusahaan siap untuk menyalip Baidu berkat pasokan data yang dimiliki.
Selain Didi dan Baidu, ada pula anak perusahaan Alphabet, Waymo yang menguji coba mobil otonom dengan total jarak lebih dari 10 juta mil di jalan umum. Akhir tahun lalu, Waymo pun menawarkan layanan taksi robot terbatas di Arizona, bernama Waymo One.
Satu inovasi lagi datang dari Uber dan Toyota yang berencana mengomersilkan kendaraan otonom secara penuh pada 2021. General Motors juga telah membentuk kelompok pengemudi otonom bernama GM Cruise.