EKBIS.CO, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, pada Agustus 2019, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,12 persen. Kepala BPS Jatim Teguh Santoso mengungkapkan, inflasi Jatim pada Agustus 2019 sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018.
"Pada Agustus 2018 hanya mengalami inflasi sebesar 0,11 persen," ujar Teguh saat menggelar konferensi pers di Kantor BPS Jatim, Jalan Kendangsari Surabaya, Senin (2/9).
Teguh menjelaskan, dari tujuh kelompok pengeluaran yang dipantau, lima kelompok mengalami inflasi dan dua lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 1,55 persen.
Kemudian diikuti kelompok Sandang sebesar 1,37 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,12 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,11 persen, dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,04. Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0,57 persen, dan kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yaitu sebesar 0,17 persen.
Teguh mengungkapkan, tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi pada Agustus 2019 ialah emas perhiasan, biaya sekolah dasar, dan cabai rawit. Pada Agustus, harga emas perhiasan masih mengalami kenaikan mengikuti harga emas dunia. Sehingga menjadi komoditas utama pendorong inflasi.
Biaya sekolah dasar juga menjadi komoditas pendorong inflasi disebabkan kenaikan pada tahun ajaran baru. Selain itu, cabai rawit juga masih menjadi komoditas yang mengalami kenaikan. Setelah pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan, efeknya masih dirasakan sampai Agustus.
Adapun, tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah bawang merah, tomat sayur, dan tarif angkutan udara. Harga bawang merah mengalami penurunan karena melimpahnya pasokan di pasaran, dikarenakan adanya panen raya di beberapa daerah sentra penghasil bawang merah.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas tomat sayur yang mengalami penurunan harga disebabkan banyaknya pasokan di pasaran. Selain itu, tarif angkutan udara masih menjadi komoditas penghambat inflasi seperti bulan sebelumnya.
"Hal ini merupakan dampak dari peraturan pemerintah yang menurunkan tarif pesawat berbiaya murah (low cos carrier/LCC) untuk beberapa rute penerbangan di hari-hari yang telah ditentukan," ujar Teguh.