EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani mengungkapkan saat ini bahan baku tekstil dalam negeri masih harus dioptimalkan. Hal tersebut menurutnya penting dilakukan untuk membangkitkan kembali optimisme pasar terhadap industri tekstik dan produk tekstil (TPT) Indonesia.
“Untuk penyedian bahan baku, bagaimana bisa berkompetisi kalau 70 persen masih impor, itu masih sulit,” kata Shinta di Gedung Kadin, Jakarta, Senin (2/9).
Menurutnya, untuk mengoptimalkan bahan baku tekstil dalam negeri akan sangat berkaitan dengan bagaimana membuat kembali industri mulai dari hulunya. Untuk itu, Shinta mengharapkan adanya insentif dan pembiayaan untuk mendukung optimalisasi bahan baku tekstil dalam negeri.
“Jadi ini semua bagaimana industri tekstir bisa lebih sustainable. Impor bahan baku lebih tinggi ini yang jadi sulit,” tutur Shinta.
Meskipun begitu, Shinta mengakui masalah yang terjadi saat ini yaitu sebagian besar bahan baku tekstil memang impor. Da menilai selama hal tersebut tidak bisa diubah maka industri tekstil Indonesia tidak bisa bersaing sehingga harus lebih banyak pengembangan dari hulunya.
Shinta mengatakan saat ini Kadin Indonesia tengah melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS). “Kita impor kapas, tapi kita sebenarnya juga mau ekspor lebih banyak tekstil,” ujar Shinta.
Dengan begitu, meskipun masih mengimpor bahan baku tekstil namun menurutnya masih ada nilai tambahan jika peluang ekspor tekstil Indonesia ditingkatkan. Shinta mengakui industri tekstil Indonesia masih membutuhkan kapas dari AS.
Untuk itu, Shinta menegaskan Kadin saat ini tengah mengupayakan untuk memfasilitasi negosiasi tersebut. “AS kan defisit. Ini input salah satunya kurangi defisit AS, jadi mereka sangat antusias, tapi dengan catatan ekspor tekstil kita mesti naik, tarifnya bantu dong,” ungkap Shinta.