EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian pada tahun ini diprediksi naik menjadi Rp 1.043,60 triliun. Nilai PDB itu hanya tumbuh 3,8 persen dari tahun 2018 sebesar Rp 1.005,40 triliun.
Prediksi tersebut lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan PDB pertanian tahun 2017 ke 2018. Pada periode tersebut angka PDB pertanian tumbuh 3,5 persen dari Rp 969,8 ke Rp Rp 1.005,4 triliun.
Amran mengklaim, nilai PDB pertanian mengalami tren kenaikan signifikan sejak 2015. Kondisi itu masih bisa dicapai meski anggaran pemerintah untuk sektor pertanian konsisten menyusut.
"PDB pertanian naik untuk seluruh sektor meskipun anggaran kita menurun," kata Amran kepada Republika.co.id, Selasa (4/9).
Tahun ini, lanjut Amran, Kementan mendapatkan pagu anggaran dari Kementerian Keuangan sebesar Rp 21,68 triliun, sementara di tahun 2015 anggaran Kementan sebesar Rp 32,72 triliun. Namun, Amran mengatakan, mayoritas anggaran meski menurun dialokasikan untuk belanja operasional.
Terutama, dalam penyediaan benih, bibit, serta alat mesin pertanian. Pengadaan alsintan menjadi prioritas Kementan lima tahun terakhir untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi pertanian.
Tahun 2019 ini, ia menyebut, alokasi belanja operasional sebesar 84 persen atau Rp 18,16 triliun dari total belanja. "Kita lakukan refocusing anggaran untuk belanja sarpras pertanian," kata dia.
Dari sisi investasi, Amran mengklaim kurun waktu 2014-2019 secara akumulasi mencapai Rp 240,8 triliun. Pada tahun ini saja, kata dia, investasi di bidang pertanian diprediksti mencapai Rp 70 triliun. Laju investasi mengambil peran penting dalam mendorong PDB pertanian.
Selain investasi, Amran mengatakan rendahnya laju inflasi dalam beberapa tahun terakhir ikut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. "Ini yang kita harus jaga dan pikirkan karena kalau bergerak sedikit nanti bisa berdampak tidak baik," ujar dia.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi, mengklaim, kemudahan berinvestasi di sektor pertanian mendukung kondusivitas iklim usaha. Hal itu membuat usaha pertanian terus mengalami perbaikan.
Meskipun, kata Agung, jumlah petani tradisional terus menurun, tapi rata-rata produksi komoditas pangan pokok mengalami kenaikan yang diikuti dengan inflasi pangan yang rendah. "Berarti ada efisiensi dalam produksi dan ada perhatian kepada Indonesia bahwa pemerintah serius memikirkan nasib pertanian," ujar dia.
Mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik, sepanjang kuartal I 2019 PDB pertanian tumbuh 1,82 persen. Memasuki kuartal II 2019, PDB tumbuh hingga 5,33 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yakni peternakan dan hortikultura.