Kamis 05 Sep 2019 13:47 WIB

Petani Bawang Minta Pemerintah Kendalikan Pola Tanam

Pola tanam yang tak terkendali di sentra bawang menyebabkan harga anjlok.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Sentra Bawang Yogyakarta. Petani merawat tanaman bawang merah di Kertek, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, Rabu (7/8/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Sentra Bawang Yogyakarta. Petani merawat tanaman bawang merah di Kertek, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, Rabu (7/8/2019).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Asosiasi Petani Bawang Merah Indonesia (ABMI) meminta kepada pemerintah untuk mengendalikan pola tanam. Hal itu seiring dengan anjloknya harga bawang petani di kala panen yang sedang berlangsung seperti sekarang.

Ketua ABMI Juwari menyampaikan, pekan lalu harga bawang merah sempat anjlok berkisar Rp 6.000-Rp 8.000 per kilogram (kg). Harga itu jauh lebih rendah jika dibandingkan biaya produksi sebesar Rp 13.800 per kg. Anjloknya harga dinilai dia karena tak ada pengendalian pola tanam yang baik antara daerah sentra satu dengan yang lainnya.

“Sehingga begitu seluruh wilayah sentra itu panen, semuanya menjual ke pasar. Pasokan banyak, harga jatuh,” kata Juwari saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/9).

Pascaharga anjlok di pekan lalu tersebut, Juwari mengungkapkan, tren harga bawang merah petani memang sudah mulai merangkak naik di level Rp 11 ribu per kg. Naiknya harga pembelian tersebut dinilai merupakan faktor alamiah sebab masa panen pada Juli-Agustus telah berakhir. Terlebih, pada September hingga berakhirnya musim kemarau petani bawang tak melakukan tanam akibat ketersediaan air yang minim.

Dia menambahkan, wilayah produksi bawang merah saat ini tidak hanya berada di Brebes. Sejumlah wilayah lainnya yang melakukan panen raya pada Juli-Agustus antara lain di Demak, Pati, Kendal, Sragen, Malang, Nganjuk, dan Probolinggo. Dari produksi di wilayah Brebesa saja, mengacu catatannya, panen bawang merah di wilayah tersebut seluas 5.800 hektare dengan produktivitas rerata sebesar 15 ton.

Dengan fakta tersebut, seharusnya pemerintah diimbau untuk lebih jeli menerapkan pola tanam yang tidak serentak. Selain, menurutnya, pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana stabilisasi harga dan pasokan di wilayah sentra dengan menginstruksikan penyerapan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun industri.

“Makanya kita juga minta ada cold storage bawang merah itu diperbanyak,” ungkapnya.

Bulog dan Industri Perlu Serap

Juwari menyampaikan, sejauh ini peran srategis Perum Bulog sebagai buffer stock pangan pada komoditas bawang merah belum maksimal. Misalnya, dia menjabarkan, cold storage bawang merah di Brebes tak termanfaatkan dengan baik.

“Faktanya memang, cold storage itu tidak difungsikan dengan maksimal, sehingga penyerapan panen bawang masih sedikit,” ujarnya.

Pihaknya juga meminta kepada industri untuk segera menyerap pasokan panen petani dengan baik. Sejauh ini industri dinilai hanya memanfaatkan kondisi anjloknya harga dengan membeli bawang merah sesuai harga yang sedang berkembang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement