Warta Ekonomi.co.id, Jakarta---Google telah menempatakan salah satu data center-nya di Indonesia. Ibu kota Jakarta menjadi region cloud kedua yang dibangun Google untuk wilayah Asia Tenggara.
Kepastian itu diungkapkan oleh Tim Synan, Region Director South Asia Google Cloud, dalam acara Google Cloud Summit yang berlangsung di Jakarta International Expo Center, Kemayoran, Kamis (5/9/2019).
Menurutnya, Region Cloud Jakarta akan mulai dibuka pada paruh pertama 2020 mendatang. Google juga memperkenalkan Megawaty Khie sebagai Country Director Google Cloud untuk Indonesia.
Baca Juga: Banyak Perusahaan Memilih Layanan Cloud, Saham Salesforce Naik 7%
Pada kesempatan yang sama, Boston Consulting Group, menyatakan bahwa ketersediaan infrastruktur komputasi awan di Indonesia bisa berkontribusi hingga US$40 miliar (sekitar Rp566 triliun) pada PDB RI selama 2019-2023, serta menciptakan sekitar 350.000 lapangan kerja pada periode yang sama.
Sementara itu, Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika, mengaku menyambut baik kehadiran Google Cloud di Indonesia. Mengingat saat ini hanya ada 20 lokasi data center Google di dunia, dan Indonesia menjadi salah satunya.
Menkominfo juga menegaskan, dengan ramai munculnya perusahaan startup atau rintisan, pemerintah terus mendorong data center. Menurutnya, perusahaan, terutama startup, tidak bisa menghindari layanan cloud. "Dan ini future Indonesia ekonomi," ujar Rudiantara.
Ke depan, lanjut Rudiantara, pemerintah akan mengakselerasi program 1.000 startup agar bisa maju. Google sendiri, katanya, juga punya keinginan untuk memajukan startup Indonesia untuk bisa jadi next unicorn.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Startup, vOffice Buka 5 Cabang Baru
"Saya kolaborasi dengan unicorn Indonesia untuk accelerate the bird of upcoming unicorn. 2019 ini akan ada satu unicorn lagi," imbuhnya.
Pemerintah sendiri, lanjut Menkominfo, telah berubah peran dari sekadar regulator menjadi fasilitator. Regulasi harus tetap ada untuk melindungi konsumen. Sebab, menurutnya, startup dan anak muda paling tidak suka dengan regulasi.
"Sekarang success rate startup 5% kalau diterapkan aturan heavy akan makin sulit sukses, maka kami enggak terapkan aturan (berat) biar berkembang," jelasnya.