Warta Ekonomi.co.id, Surakarta -- Produsen alat telekomunikasi China Huawei mengatakan, jika India melarang perusahaan menguji coba 5G di sana karena tekanan dari Amerika Serikat (AS), peluncuran layanan 5G di negara itu juga akan tertunda dua hingga tiga tahun.
Huawei dituduh bersekongkol dengan pemerintahan China untuk memata-matai AS. Namun, perusahaan China itu selalu membantah tuduhan spionase itu.
"Secara global, Huawei telah memperoleh lebih dari 50 kontrak 5G komersial, yang menunjukkan pelanggan dari seluruh dunia ini percaya, 5G Huawei aman," kata Chief Marketing Officer Lini Produk Jaringan Nirkabel Huawei, Ritchie Peng, dikutip dari Kr-Asia, Kamis (5/9/2019).
Baca Juga: Jaringan 5G Telah Mengudara di Lima Kota Ini, Dimana Saja?
Dari 50 kontrak itu, 28 berasal dari Eropa, 11 dari Timur Tengah, enam di Asia-Pasifik, empat di Amerika Selatan, dan satu di Afrika.
Sementara itu, Australia dan Jepang telah memboikot Huawei. Kemungkinan besar, Kanada dan Selandia Baru juga akan melakukan hal yang sama. Sebaliknya, Rusia, Turki, dan Arab Saudi bersedia untuk menggelar 5G menggunakan perangkat dari Huawei.
Dipuji sebagai teknologi generasi berikutnya, 5G diharapkan akan memberi kekuatan pada Internet of Things (IoT) yang tampaknya akan diimplementasikan secara masif secara global.
Baca Juga: AS Terpaksa Mencari Peralatan Jaringan 5G Non-China
Pada Juni 2019, Huawei mengirim tim ke pemerintah India atas niatnya untuk menandatangani pakta "no back door" sebagai upaya menghilangkan potensi masalah keamanan. Penandatanganan itu artinya, Huawei tak dapat mengakses jaringan pelanggan tanpa persetujuan pemerintah, kecuali dalam keadaan tertentu.
India belum mengizinkan Huawei dalam uji coba dan peluncuran 5G. Keputusan yang sama kemungkinan akan diambil selama KTT informal kedua antara Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Oktober 2019.
Huawei sejauh ini telah menginvestasikan lebih dari US$3,5 miliar di India. Rencananya, itu akan digunakan untuk kebutuhan teknologi kecerdasan buatan, meskipun ada tekanan dari AS di tengah meningkatnya perang dagang AS-China.
Namun, pada Juni 2019, Asosiasi GSM India memperkirakan negara itu hanya akan memiliki 88 juta koneksi 5G pada tahun 2025, sekitar 7% dari total koneksi telekomunikasi India.
"Hal itu akan membuat India tertinggal dari rekan-rekan regional seperti Cina yang hampir 30% total koneksinya telah berbasis 5G pada 2025, menjadikannya pasar 5G terbesar di dunia," kata Asosiasi GSM.