Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Bisnis anti-virus atau lebih umumnya disebut keamanan siber masih menjanjikan. Selain banyaknya perusahaan (enterprise) yang mulai masuk ke transformasi digital beberapa tahun lalu, lahirnya berbagai teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan dorongan untuk patuh terhadap regulasi juga mendorong tumbuh kembangnya bisnis ini di berbagai negara, seperti Amerika Utara, Eropa, Jepang, China, India, ASEAN, tidak terkecuali di Indonesia.
Salah satu pemain di industri ini, Trend Micro berdiri sejak tahun 1988 dan bermarkas di Tokyo, Jepang dan mulai melakukan penetrasi ke pasar Indonesia akhir 2005 lalu. Perlahan tapi pasti, terutama dalam tiga tahun terakhir bisnis mereka tumbuh cukup signifikan ditengah kompetisi yang ada. Nyatanya cyber-security makin diterima seiring banyaknya perusahaan melakukan transformasi digital.
Baca Juga: Digitalkan Pengangkut BBM, Pertamina Adopsi IoT Milik Telkomsel
Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro menyatakan di tengah perjalanan, dinamika terjadi dimana mereka sekarang memposisikan diri sebagai cyber-security company. Per semester-I 2019 lalu, revenue mereka tumbuh lebih dari 30%, di atas rata-rata Asia Pasifik sebesar 18% dan pertumbuhan global sebesar 10%. Bagaimana strategi perusahaan dalam memperbesar pasarnya ke depan? Setidaknya ada lima strategi yang disiapkan. Berikut ringkasannya.
Fokus Ke Solusi Komprehensif
Mulai dari small, medium hingga large enterprise di berbagai industri (telekomunikasi, perbankan, keuangan, manufaktur, pemerintah, dsb), solusi keamanan yang ditawarkan lengkap yang terdiri dari tiga lapisan yaitu endpoint security, network defense security dan hybrid cloud security, baik itu berupa fisikal, virtual, cloud, hybrid cloud, container, multiple OS platform, dan lain-lain.
Memperbesar Porsi Non-Anti Virus
Saat ini porsi bisnis baru (di luar anti virus) sudah melebihi 50% dari total revenue, dengan kata lain produk antivirus kuenya berkurang meski secara absolute amount masih tumbuh. Bisnis cyber-security diperbesar misalnya dengan menggarap keamanan untuk IoT mengingat pada 2021 mendatang jumlah connected device diprediksi sudah mencapai 30 miliar device, jauh melebihi jumlah populasi manusia itu sendiri.
Baca Juga: Ini Deretan Perusahaan IoT Incaran Pekerja
Menjaga Customer Satisfactory Level
Perusahaan tidak sekadar berusaha meningkatkan revenue semata, melainkan lebih penting mampu menjaga kepuasan terhadap layanan purna jual. Perusahaan mengakui tidak semua solusi keamanan siber dimiliki dan tidak pernah menyatakan bisa menjamin 100% proteksi ke konsumennya, namun dengan adanya teknologi terkini, dukungan tim lokal yang terdiri dari lebih dari 20 tenaga terlatih (setiap 3 bulan sekali mereka mengikuti security awareness training seperti anti-phising, dsb), serta berusaha responsif dalam layanan purna jual demi mempertahankan kepercayaan konsumen.
Terbuka di Era Collaborative Economy
Sudah menjadi keniscayaan di bisnis keamanan siber bahwa tidak ada satu konsumen yang menggunakan jasa dari satu vendor saja, atau istilahnya multiple vendor. Antar satu vendor dengan vendor lain, biasanya saling melengkapi.
Trend Micro juga menjangkau UKM dengan menggratiskan biaya server yang bisa di-host lewat sistem cloud Trend Micro sampai gratis control manajemen dan tak perlu investasi SDM TI lebih banyak.
Baca Juga: SAP Ditunjuk Sebagai Pemimpin dalam IDC MarketScape untuk Industri IoT di Manufaktur
Edukasi Pasar
Tanpa disadari, celah ancaman data breach perusahaan bisa masuk lewat sosial media karyawan, smartphone karyawan, ataupun melalui jaringan internet di luar kantor. Hal ini membuat peran pemain bisnis cyber-security dalam membantu enterprise untuk memproteksi diri mereka bertambah berat.
Tapi perusahan percaya, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, solusi cyber-security dan anti virus yang dimiliki dapat mencegah terhadap serangan atau kejahatan cyber baik yang menggunakan cara-cara masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang.