Jumat 13 Sep 2019 18:43 WIB

Kadin: Sektor Pangan Penyumbang Tertinggi PMDN Rp 7 Triliun

Selama ini terdapat beberapa variabel yang menjadi penghambat investasi.

Red: Budi Raharjo
Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, Kamis malam (12/9/2019).
Foto: Humas Kementan
Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, Kamis malam (12/9/2019).

EKBIS.CO, DEPOK -- Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyebutkan sektor pertanian merupakan penyumbang tertinggi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) selama ini, yakni senilai Rp 7,1 triliun. Populasi 260 juta jiwa dan tingkat konsumsi pangan yang tinggi menjadi pendorong investasi di sektor pangan terkerek.

Hal ini diungkapkan Suharyo Husein dari Kadin yang hadir pada Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, Kamis malam (12/9/2019). Oleh karena itu, menurut Suharyo, ada beberapa usulan kebijakan guna menderaskan investasi khususnya di bidang tanaman pangan.

Misalnya, penyediaan lahan bagi perluasan produksi, menyediakan infrastruktur pendukung, mempercepat perluasan dan peningkatan kapasitas pelabuhan, peningkatan produktivitas, menghapus bea masuk atas impor beberapa produk dan penguatan kemampuan pemasaran. "Contoh konkretnya bentuk Food Estate terutama corn estate sebagai salah satu alternatif," ujarnya.

"Investasi dengan ekstensifikasi ini bisa dilakukan baik dengan pola inti plasma, maupun kerjasama penuh dengan petani," kata Suharyo menambahkan.

Hambatan investasi

Suharyo menyatakan selama ini terdapat beberapa variabel yang menjadi penghambat investasi. Yakni inkonsistensi regulasi, pajak, tenaga kerja, ketersediaan lahan dan kualitas infrastruktur.

"Yang paling signifikan sebenarnya adalah ketersediaan lahan, infrastruktur, teknologi dan akses terhadap teknologi, pembiayaan dan iklim usaha. Itu yang harus kita cari solusinya,” terangnya.

photo
Pengurus Kadin Suharyo Husein.

Sementara itu, Alex, salah satu pengusaha tepung tapioka asal Surabaya menyatakan siap untuk meningkatkan investasi di bidang pasca panen tanaman pangan, seperti menghasilkan beras analog. Hal ini dipastikan dapat meningkatkan pendapatan petani.

"Teknologi pascapanen sangat penting untuk menghasilkan keuntungan petani yang lebih besar. Dengan teknologi budidaya, seperti halnya di lahan kami dari 1 hektar sebanyak 5.400 batang bisa menghasilkan 150 ton singkong. Tepung tapioka ini diolah lebih lanjut menjadi beras analog," jelasnya.

"Target kami bisa mensuplai beras analog untuk diabetes dengan produksi 25 ton per hari. Kami siap bekerjasama dan meningkatkan pendapatan petani dengan upaya bersama meningkatkan teknologi pascapanennya,” tandas Alex

Pada kesempatan yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, menyatakan sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pihaknya bertekad memperluas investasi di bidang tanaman pangan. Tercatat, neraca perdagangan sektor pertanian surplus 11 miliar dolar AS. Kendati demikian, Kementan tetap mendorong investasi dan ekspor sektor pertanian.

"Petani kalau disuruh membangun usahataninya sendiri pasti kesulitan, maka perlu adanya investasi untuk membangun sektor tanaman pangan. Potensi yang ada di tanaman pangan tidak hanya dari sisi onfarm saja tapi juga hilir,” ungkap Suwandi

Suwandi membeberkan ada beberala langkah nyata guna percepatan ekspor dan investasi, salah satunya dengan membangun industri pertanian di desa. Terobosan ini akan menciptakan keseimbangan kota dan desa. Desa dikembangkan menjadi industrialisasi berbasis agro karena lebih dekat bahan baku, tenaga kerja dan lahan tersedia, plus didukung infrastruktur, kota menjadi pusat pasarnya.

"Hubungan desa-kota semakin kuat. Demikian juga halnya untuk Jawa dan luar Jawa, wilayah Barat dan Timur, hubungan ekonomi menjadi semakin seimbang,” jelasnya.

Ke depannya, sambung Suwandi, tidak ada lagi remote area, namun daerah pelosok mulai dikembangkan dengan meilhat potensi sumberdaya di masing-masing wilayah.

Peluang investasi bidang tanaman pangan

Suwandi menyebutkan berbagai peluang investasi yang menarik di bidang tanaman pangan adalah industri perbenihan, pupuk organik dan pestisida hayati ramah lingkungan, budidaya jagung skala luas corn estate dan berbagau jenis industri olahan. Selain itu, korporasi multi komoditas lengkap hulu hingga hilir seperti kebun jagung beserta industri jagung pakan dan ternak.

"Ini sebagai langkah awal yang lebih baik untuk mengembangkan usaha tanaman pangan. Sama halnya dengan Bapak Menteri Pertanian Amran yang sedang intensif mendorong investasi, kita pun harus mulai dengan mempermudah perizinan," tuturnya.

Dalam Rakor Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan ini turut hadir Kepala Subdirektorat Fasilitasi Promosi Luar Negeri BKPM, Sri Endang Novitasari. Ia mengungkapkan pentingnya meningkatkan arus investasi langsung yang berorientasi ekspor. Pasalnya, investasi dapat membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan volume ekspor.

"Tahun 2019 diakui sebagai tahun politik yang mengakibatkan PMA cenderung menurun. Namun sektor primer yang termasuk di dalamnya sektor pertanian menyumbang investasi sebanyak Rp 600 triliun atau sekitar 17,5% dari total realisasi investasi," ungkapnya.

Sementara realisasi PMDN sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan Januari sampai Juni tahun 2019 naik 11,7 persen. Capaian ini lebih tinggi dari kenaikan tahun 2018 sebesar 9,5 persen. "Secara total, realisasi investasi tahun 2014-Juni 2019 total Rp 3.372,4 triliun naik 206% dari periode 2010-2014 sebesar Rp 1.634 triliun," jelas Sri.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement