Warta Ekonomi.co.id -- Di balik enaknya ayam goreng McDonald, ada strategi khusus untuk meningkatkan pelayanan, yakni melalui pemanfaatan teknologi layanan tanpa turun (drive-thru). Salah satunya, dengan mengakuisisi startup yang bergerak di bidang pemesanan makanan asal Sillicon Valley, Apprente.
Lewat kesepakatan itu, layanan tanpa turun (Lantatur/drive-thru) McDonald diklaim akan menjadi lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih akurat. Sebab Apprente memiliki platform pemesanan yang kompleks, didukung multibahasa, multiaksen, dan menyediakan banyak item.
"Kami telah menguji coba teknologi Apprente di sejumlah restoran. Ke depannya, teknologi tersebut juga akan diterapkan dalam pemesanan seluler dan kios lainnya," kata McDonald dalam keterangannya, dikutip dari Forbes (17/9/2019).
Baca Juga: Ekspansif, McDonald's Buka 13 Gerai Baru
Restoran itu menilai, pembaruan dalam layanan lantatur sangat penting. Sebab, meski lantatur hanya berkontribusi sekitar 40% dalam sejumlah outlet Eropanya, layanan itu mewakili 3/4 bisnis restoran di pasar teratas Amerika Serikat.
Presiden dan Kepala Eksekutif McDonald, Steve Easterbrook mengatakan, "kami selalu meningkatkan layanan lantatur di seluruh pasar kami."
Baca Juga: McDonald's Akuisisi Dynamic Yield, Guna Kustomisasi Layanan Drive-Thru
Menurut studi lantatur oleh majalah QSR, waktu lantatur McDonald telah meningkat dalam lima tahun terakhir, dari memakan waktu 189,49 detik pada 2013 menjadi 273,29 detik pada 2018. Sementara, rata-rata perlambatan lantatur di industri ada di angka 234,08 detik pada 2018; dari 224,77 detik pada 2017.
"Itu sebabnya kami fokus pada peningkatan pengalaman (lantatur). Bukan hanya di satu wilayah, tetapi fokus global," tambah Easterbrook.
Bukan hanya mengakuisisi satu startup, McDonald juga telah membeli Dynamic Yield yang fokus pada rekomendasi penawaran yang disesuaikan kepada pelanggan berdasarkan waktu, cuaca, dan menu yang mereka pesan.
McDonald pun meningkatkan jumlah restoran dengan layanan lantatur menggunakan teknologi Dynamic Yield, dari 700 menjadi lebih dari 8 ribu per Juli lalu. Hingga akhir tahun ini, perusahaan menargetkan untuk mengimplementasikan teknologi itu di 100% lantaturnya di AS dan Australia.