Rabu 25 Sep 2019 00:02 WIB

Kemendes PDTT Luncurkan Gerakan Cintai Tenun Ikat

Dana desa bisa digunakan juga untuk pengembangan tenun

Red: Gita Amanda
Sri Mega Darmi Sandjojo, Penasihat Dharma Wanita Persatuan dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi meluncurkan Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya dalam rangka mendukung kearifan lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Selasa (24/9/19).  Kegiatan ini merupakan rangkaian pelatihan pewarna alami dengan konsep Live-in designer yang sudah dilakukan di Desa Boti, Kecamatan Kei, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pada pelatihan tersebut, sekitar 60 orang penenun dari 22 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilatih mengembangkan pewarna alami.
Foto: Foto: Mugi/Kemendes PDTT
Sri Mega Darmi Sandjojo, Penasihat Dharma Wanita Persatuan dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi meluncurkan Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya dalam rangka mendukung kearifan lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Selasa (24/9/19). Kegiatan ini merupakan rangkaian pelatihan pewarna alami dengan konsep Live-in designer yang sudah dilakukan di Desa Boti, Kecamatan Kei, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pada pelatihan tersebut, sekitar 60 orang penenun dari 22 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilatih mengembangkan pewarna alami.

EKBIS.CO,  TIMOR TENGAH SELATAN -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal dan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu meluncurkan Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya dalam rangka mendukung kearifan lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Selasa (24/9). Sri Mega Darmi, atau akrab dipanggil Riri Sandjojo, sekaligus istri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, juga sebagai Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemendes PDTT meminta kepada masyarakat desa untuk mencintai produk dan budaya lokal.

"Kita harus mencintai budaya lokal, bapak-bapak senang kan kalau ibu-ibu beli produk lokal bukan branded. Setiap ke daerah, saya beli produk lokal, dan arahan Ibu Negara (Iriana Joko Widodo) kalau beli dipengrajin tolong jangan ditawar," katanya.

Riri mengapresiasi dan memberi pesan agar para penenun yang sebelumnya diberikan pelatihan dalam penggunaan pewarna alami dengan konsep live-in designer dapat meningkatkan mutunya. "Pewarna alam lebih disukai daripada pewarna sintesis, selain limbahnya tidak menggangu aliran sungai. Untuk para penenun yang sudah dilatih semoga meningkatkan mutunya," pesannya seperti dalam siaran pers.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo mengatakan bahwa dana desa bisa digunakan juga untuk pengembangan tenun. Dana desa misalnya, bisa digunakan untuk pengadaan benih kapas, maupun membeli benang.

"Jadi dana desa tidak melulu tentang membangun infrastruktur, tapi juga bisa digunakan dalam pengembangan produk unggulan, dalam hal ini tenun," terangnya.

Lebih lanjut, Direktur Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Dwi Rudi Hartoyo yang juga Ketua Panitia Peluncuran Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya mengatakan, maksud dari kegiatan ini yaitu membangkitkan kembali pasar maupun produksi tenun tradisional NTT. Sedangkan tujuan utamanya yaitu mengangkat perekonomian masyarakat dengan memberdayakan sumber daya tenun maupun kerajinan, yang dipenuhi nilai budaya lokal tanpa memberikan dampak penurunan kualitas lingkungan serta dapat menjaga kelestarian lingkungan eksisting daerah. 

“Harapan kami, tercapai peningkatan kapasitas penenun, pemotif, maupun pebisnis produk tenun, sehingga mampu menjangkau pasar yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi digital di era industri 4.0,” pungkasnya.

Dalam kegiatan ini, Kemendes PDTT melalui Ditjen PDT menggandeng Bank NTT, Dekranasda Provinsi NTT, desainer Merdi Sihombing, dan Tokopedia. Dalam acara tersebut juga, Riri Sandjojo beserta rombongan sempat menyaksikan para penenun dari Desa Boti di kantor Gubernur NTT, selanjutnya menyaksikan peragaan Fashion Show Tenun Khas NTT dan Festival Pranata Adat dan Budaya (Tari Likurai, Tari Maekat, Tari Tersain, dan Tari Giring-Giring).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement