EKBIS.CO, JAKARTA -- PT PLN (Persero) akan mengekspor daya listrik sebesar 600 MW ke Semenanjung Malaysia. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kontrak Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) potensi pengembangan ekspor/impor tenaga listriK dengan kapasitas 600 MW.
Proyek ini merupakan proyek interkoneksi dari Sumatera-Indonesia, hingga ke Semenanjung-Malaysia atau disebut dengan Interkoneksi Sumatera-Peninsular. MoU diteken oleh PLN yang diwakili oleh Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto, dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) yang diwakili oleh Presiden Eksekutif TNB Amir Hamzah Bin Azizan.
Acara yang digelar di Bilik Kenyir, Kantor Pusat TNB, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (25/9) tersebut dihadiri juga oleh Chief Ventures Officer Dato’ Nor Azman Mufti, Chief Grid Officer Datuk Husaini Hussin, Chief Strategy & Regulatory Officer Datuk Fazlur Rahman Zainuddin, Head of Project Ventures Team En Shaiful Bahri Hussain dan Setiausaha Syarikat TNB Norazni Md Isa.
PLN bersama TNB sepakat dalam menandatangani Nota Kesepahaman untuk selanjutnya bekerjasama dan berkolaborasi dalam melaksanakan Studi interkoneksi, dengan ruang lingkup yang mencakup beberapa hal diantaranya tinjauan viabilitas Proyek, pemilihan teknologi dan desain, pemilihan jadwal yang realistis, memodelkan skema bisnis, financing, studi terkait isu legal dan peraturan, serta untuk melakukan penilaian terhadap risiko terkait proyek.
Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto mengemukakan bahwa PLN menyambut positif proyek kerja sama dengan TNB ini. “PLN menyambut minat baik TNB dalam pembelian daya energi listrik sebesar 600MW mulai tahun yang diharapkan terealisasi pada 2028. Dalam kerja sama interkoneksi ini kedepannya dimungkinkan juga untuk membentuk badan usaha bersama (joint venture corporation) yang ditunjuk oleh PLN bersama TNB sebagai pengembang dan atau pengendali proyek interkoneksi, serta pengelola aset tersebut, mulai dari konverter, transmisi HVDC, dan Submarine Cable HVDC.” Papar Wiluyo melalui siaran persnya, Rabu (25/9).
Lebih lanjut Wiluyo menjelaskan bahwa kerjasama ini memberi benefit bukan hanya dari sisi ekonomi, namun juga keandalan sistem, karena berdasarkan data, terdapat perbedaan waktu beban puncak antara sistem sumatera dan sistem Peninsular.
Beban puncak sistem Sumatera terjadi pada pukul 18.00-21.00 WIB sementara beban puncak pada sistem Peninsular terjadi sekitar pukul 08.00 - 16.00 WIB sehingga dengan terjalinnya interkoneksi tentunya dapat mengoptimalkan nilai ke-ekonomisan bagi kedua sistem, adapun pada tahun 2028 dengan transfer daya 600 MW ke TNB maka reserve margin atau cadangan Sistem Sumatera adalah sebesar 33,3 persen.
“Kerja sama dalam proyek interkoneksi Sumatera-Peninsular ini dapat memberikan benefit bagi kedua belah pihak, baik dari sisi ekonomi juga keandalan sistem. Diharapkan juga proyek interkoneksi Sumatera-Peninsular ini dapat berperan sebagai penghubung bagi kedua sistem sebagai langkah maju menuju terbentuknya ASEAN Power Grid di masa yang akan datang.” Kata Wiluyo.