Selasa 01 Oct 2019 14:04 WIB

Operasional Kereta Cepat Bakal Mundur dari Target

Hingga akhir 2019, penyelesaian proyek kereta cepat harus mencapai 50 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah) bersama Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian (kanan) dan Dirut PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra (kiri) meninjau pemasangan girder pertama di Casting Yard 1 KM 26 Tol Jakarta-Cikampek, Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah) bersama Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian (kanan) dan Dirut PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra (kiri) meninjau pemasangan girder pertama di Casting Yard 1 KM 26 Tol Jakarta-Cikampek, Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung diprediksi bakal mundur dari target semula pada kuartal II (April-Juni) 2021. Mundurnya operasional diakibatkan oleh berbagai kendala, terutama soal penyediaan lahan untuk penyimpanan girder kereta dan relokasi menara saluran udara tegangan ekstra tinggi.

Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Chandra Dwiputra, mengatakan, sejauh ini progres proyek kereta cepat sudah 35 persen. Hingga akhir tahun 2019, minimal penyelesaian proyek harus mencapai 50 persen secara keseluruhan.

Baca Juga

Meski demikian, operasional diperkirakan bakal tetap mundur dari target. Chandra mengaku, dengan banyaknya masalah yang dihadapi dalam teknis pengerjaan, KCIC tetap menekan pihak kontraktor untuk bekerja cepat dan tepat sesuai kontrak pekerjaan.

"Mungkin agak terlambat beberapa bulan. Semester 2 (kuartai III-IV) kita targetkan. Memang ada masalah tapi kita tidak boleh menyerah," kata Chandra di Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (1/10).

Chandra menuturkan, lahan untuk tempat penyimpanan girder yang belum dibebaskan terdapat di daerah kota Bandung. Lahan tersebut, kata dia, milik Ciputra dan harus diselesaikan secara tertib administratif. Adapun luas lahan untuk penyimpanan girder sekitar sekitar satu kilometer persegi.

Selain itu, ada pula lahan untuk relokasi menara SUTET milik PT PLN. Chandra menuturkan setidaknya ada 31 SUTET yang harus direlokasi sepanjang lintasan kereta cepat. Ia mengaku, tidak mudah mencari lahan pengganti untuk SUTET dan mekanisme pemindahan harus dilakukan secara business to business.

"Susahnya itu lahan. Sepanjang ada lahan tinggal dipakai," katanya.

Di satu sisi, KCIC juga harus mempersiapkan masinis, teknisi ahli, serta tenaga pusat kontrol. Khusus masinis, setidaknya butuh 36 masinis yang harus dilatih selama satu tahun dan tersertifikasi oleh Kementerian Perhubungan.

Karenanya, Chandra meminta agar Kemenhub sembari menyiapkan standar sertifikasi masinis kereta cepat. Sebab, Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan yang pertama di Indonesia.

"Masinis kereta cepat beda dengan kereta biasa. Butuh waktu setahun karena yang dibawa nyawa manusia. Kita sedang programkan," kata dia.

Ia menegaskan, meski diprediksi operasional kereta cepat mundur beberapa bulan, Chandra meminta kontraktor untuk berupaya keterlambatan proyek terlalu lama. KCIC memastikan, tahun 2021 Kereta Cepat Jakarta-Bandung siap beroperasi melayani penumpang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement