EKBIS.CO, BANDUNG -- Bio Farma menjadi tuan rumah acara Workshop Cold Chain Management System untuk negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Kegiatan ini, diselenggarakan di Bandung pada tanggl 1 - 2 Oktober 2019.
Sebelum bertolak ke Bandung, Sebanyak 45 peserta dari 16 negara diterima oleh Menteri Kesehatan RI Nilla F Moelek di Jakarta. Menkes mengatakan, saat ini kesehatan global menjadi lebih menantang dari sebelumnya, seperti peningkatan risiko patogen, infeksius penularan penyakit dari hewan ke manusia, resistensi antimikroba, peningkatan mobilitas global, penyebaran penyakit menular.
Nilla mengatakan, akses untuk mendapatkan kesehatan seperti vaksin dan obat-obatan dan produk kesehatan lainnya, termasuk produk bioteknologi menjadi bagian penting untuk menjawab tantangan kesehatan global. Namun, Negara-negara Anggota OKI masih tertinggal jauh dalam produksi vaksin.
“Indonesia ingin mengegaskan kembali komitmen sebagai Center of Excellence untuk produk Bioteknologi dan Vaksin untuk negara OKI," ujar Nilla.
Oleh karena itu, menurut Nilla, Indonesia akan terus mendukung negara-negara anggota dalam upaya menangani wabah terus-menerus dan prevalensi tinggi dari berbagai penyakit menular yang telah diberantas di tempat lain. "Sebagai bagian dari komitmen itu, workshop ini akan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi semua peserta, termasuk untuk Indonesia”, kata Nilla.
Menurut Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, workshop ini merupakan salah satu bentuk kepercayaan global untuk industri farmasi di Indonesia, khususnya Bio Farma. Karena di antara 56 anggota OKI, Indonesia termasuk negara yang maju dalam bidang bioteknologi dan vaksin.
"Kita selayaknya bangga menjadi bangsa Indonesia, karena memiliki industri farmasi khususnya bioteknologi yang maju, dan akan menjadi rujukan bagi negara lain khususnya yang tergabung dalam negara OKI, untuk menghasilkan vaksin dari hulu hingga ke hilir," paparnya.
Honesti mengatakan, Bio Farma akan memberikan pelatihan-pelatihan terkait memproduksi vaksin. Sehingga, di masa yang akan datang, mereka bisa mandiri untuk memproduksi bioteknologi khususnya vaksin.