Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Di era revolusi industri 4.0, banyak pekerjaan manusia yang akan digantikan oleh robot atau kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Penelitian menunjukkan pekerjaan yang bersifat pengulangan dan menghafal mulai tergerus oleh perkembangan teknologi otomatisasi, robot, dan AI.
Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin, misalnya empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks.
Oleh karena itu, agar menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul di era teknologi saat ini, individu perlu mengasah kemampuan tersebut dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi.
Baca Juga: Gawat! 11 Tahun Lagi Jutaan Pekerjaan di Indonesia Bakal Digantikan Robot
"Teknologi bisa men-disrupt atau merusak atau menghancurkan lapangan kerja yang selama ini dilakukan manusia. Lapangan kerja yang bersifat manual, repetitif sangat mudah diganti robot dan terkena dampak otomatisasi," tegas Menkeu seperti dilansir dari laman Kemenkeu.
Pendekatan pendidikan yang hanya memfokuskan pada pengembangan intelligence quotient (IQ) anak didik saja tanpa mengasah kemampuan emotional intelligence (EI) tidak lagi relevan saat ini dan di masa depan.
"Ilmu yang sifatnya memorizing, menghafal akan sangat mudah digantikan oleh AI. Sekarang ini robot IQ-nya mencapai 700, bahkan sudah 70.000. (Sedangkan) Orang dengan IQ 150 sudah dianggap jenius," tambahnya.
Jadi, jika harus berkompetisi dengan robot dari sisi IQ, maka kemungkinan manusia akan dikalahkan. Lebih lanjut, Sri menegaskan agar generasi muda mengasah keahlian yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga mengasah kepekaan, rasa, dan kreativitas.
Baca Juga: Taksi Robot Sudah Biasa, Gimana Kalau Ada Bajaj Tanpa Supir? Negara Ini Mau Bikin Loh....
Individu dengan menggabungkan segala keahlian tersebut diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan, tidak hanya mengandalkan kecerdasan, tetapi juga empati dan inovasi.
"Kita harus mampu mendidik manusia yang tidak hanya memorizing, melakukan manual work, tetapi yang mampu melakukan analytical work, kreativitas, suatu komplek problem solving. Itu hanya bisa dilakukan manusia melalui interaksi otak dan hati. Robot bisa menggantikan (kecerdasan) otak kita, tapi tidak bisa meng-create hati," pungkas Sri.