Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Saat ini telah masuk ke dalam revolusi industri 4.0. Banyak yang berubah, utamanya dalam dunia digital dan pekerjaan. Co-Founder dan Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid mengatakan, akan ada sekitar 800 juta pekerjaan yang hilang di seluruh dunia imbas revolusi industri 4.0.
“Riset dari McKinsey itu menyebutkan 2030 itu 400-800 juta pekerjaan akan hilang di seluruh dunia,” katanya.
Prediksi itu dia sampaikan dalam peluncuran buku 'Pancasilanomics: Jalan Keadilan dan Kemakmuran karya Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEIN) Arif Budimanta.
Baca Juga: Dear Pekerja Bank, Enggak Lama Lagi Ratusan Ribu Robot Siap Renggut Pekerjaanmu, Waduh!
Meski demikian, Fajrin meyakini bahwa pekerjaan baru akan berdatangan dan jumlahnya tentu lebih banyak dibandingkan pekerjaan yang hilang itu. Oleh karena itu, ada banyak pertimbangan yang mengiringi ketika mendiskusikan prospek dari pada industri 4.0.
"Namun, di saat yang bersamaan juga akan create more new jobs, yaitu 900 juta pekerjaan. Jadi lebih banyak yang baru sebenarnya," tuturnya di Jakarta, Senin (7/9/2019).
Baca Juga: Siapkan SDM Hadapi Industri 4.0, Ini Langkah Bekraf
Dari berbagai dunia memang ada dampak positif dan negatifnya dari industri 4.0 ini. Semua kembali kepada pengkajian dari perkembangan teknologi masing-masing negara itu sendiri, termasuk Indonesia.
"Pertanyaannya apakah di Indonesia akan lebih banyak pekerjaan yang baru apa yang hilang? Apakah 4.0 ini positif atau negatif. Menambah kesenjangan atau mengurangi kesenjangan," ujarnya.