EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat aliran investasi asing ke instrumen portofolio pasar keuangan domestik mencapai Rp 195,5 triliun dari awal tahun hingga 10 Oktober 2019. Gubernur BI Perry Warjiyo menilai realisasi tersebut cukup baik dan menunjukkan masih tingginya kepercayaan investor asing terhadap kondisi dan fundamental perekonomian Indonesia.
Indonesia masih menikmati kepecayaan investor portofolio asing di tengah tren penurunan suku bunga instrumen keuangan domestik menyusul pemangkasan beruntun suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 5,25 persen. Meski sudah tiga kali suku bunga acuan turun, Bank Sentral meyakini tingkat bunga atau imbal hasil yang ditawarkan instrumen keuangan seperti Surat Berharga Negara (SBN) masih mampu menarik modal masuk.
"Itu menunjukkan kepercayaan diri terhadap ekonomi Indonesia maupun imbal hasil investasi dalam negeri terkait SBN masih cukup kuat dan terbukti dari berlanjut arus modal asung ke SBN," ujar dia di Jakarta, Jumat (11/10).
Dari keseluruhan modal asing Rp 195,5 triliun tersebut, sebanyak Rp 140,6 triliun diinvestasikan ke SBN dan Rp 52,9 triliun ke instrumen saham.
Adapun dalam sepekan terakhir (week to date) hingga 10 Oktober 2019, modal asing masuk sebesar Rp 3,04 triliun ke SBN. Namun seiring hal itu, telah terjadi modal keluar Rp 360 miliar dari pasar saham.
Menurut Perry, terjadi volatilitas arus modal ke instrumen saham karena tekanan dari fluktuasi ekonomi global. Kondisi global saat ini memang masih dirundung ketidakpastian karena dinamika perang dagang antara AS dan China, penurunan harga komoditas, serta dinamika geopolitik seperti unjuk rasa besar-besaran di Hong Kong.
Namun derasnya arus modal asing membuat pergerakkan nilai tukar rupiah cukup stabil. Hingga Jumat pukul 15.00 WIB, rupiah di pasar spot diperdagangkan dengan kurs sebesar Rp14.150 per dolar AS atau relatif sama dengan kurs penutupan Kamis (10/10).
Pada Jumat pagi tadi, nilai tukar rupiah menguat 12 poin atau 0,09 persen menjadi Rp 14.138 per dolar AS dibanding posisi Kamis di level Rp 14.150 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan katalis positif datang dari perundingan perseteruan dagang antara AS dan China yang berakhir dengan sinyal positif setelah 15 bulan terakhir diombang-ambing ketidakpastian yang menggangu rantai pasok perdagangan global.
"Perang dagang ini menjadi perhatian utama para pelaku ekonomi karena dampaknya yang cukup besar untuk menentukan arah pertumbuhan ekonomi global ke depan," ujar Lana.