EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dengan kapasitas yang semakin besar, perusahaan rintisan dengan valuasi sebesar 1 miliar dolar AS (unicorn) perlu lebih berkontribusi bagi negara. Salah satunya adalah dengan meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan mitranya.
Hal itu disampaikan Luhut dalam acara perayaan ulang tahun OVO yang ke-2, akhir pekan ini. Dalam sambutannya, Menko Luhut menghimbau agar unicorn ke-5 Indonesia itu agar dapat lebih berkontribusi bagi bangsa dan negara.
“Oleh karena itu OVO sebagai leading digital payment platform di Indonesia, sudah saatnya berkontribusi lebih untuk Bangsa, melalui program CSR (Corporate Social Responsibility),” ujar ujar Luhut dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu malam (12/10).
Luhut menjelaskan, contoh kontribusi yang dapat dilakukan antara lain dengan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan kualitas hidup lebih dari 300 ribu mitra tradisionalnya. Pendapatan para mitra, kata dia, akan meningkat jika nilai tambah dari produknya juga ditingkatkan. Menurutnya, saat ini pemerintah, juga tengah mendorong nilai tambah sebagaimana yang dilakukan di kancah nasional, seperti yang sedang diupayakan di industri nikel.
Selain itu, lanjut Luhut, OVO juga dapat membangun kesadaran masyarakat mengenai bahaya sampah plastik. Sampah plastik akan menciptakan generasi yang stunting (kerdil) apabila terus-menerus mencemari laut. Dia mengusulkan OVO bisa mengatur skema pemberian penghargaan kepada para mitra yang bersikap ramah terhadap lingkungan.
“OVO juga dapat memberikan penghargaan khusus bagi para mitra yang ramah lingkungan, atau bahkan diskon khusus sehingga bisa memperbanyak pembeli. Misalnya penggunaan sedotan yang ramah lingkungan pada produk minuman,” ungkapnya.
Luhut juga meminta kepada unicorn tersebut agar diadakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang juga merupakan program prioritas pemerintah saat ini. Seperti adanya program pendampingan atau pelatihan untuk mitra-mitra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang harus berkompetisi dengan brand raksasa.