Ilustrasi WhatsApp
Cermati.com – Pengamanan dalam bentuk enkripsi end-to-end telah dipasang di WhatsApp. Rencananya, model keamanan chat ini akan ditaruh juga ke layanan pesan milik Facebook lainnya, seperti Messenger dan Instagram.
Dengan end-to-end encryption, maka pesan pribadi hanya bisa dilihat atau diakses oleh penerima dan pembuat pesan saja. Artinya, enkripsi end-to-end ini mempersulit orang lain atau hacker untuk membaca pesan.
Facebook menginginkan ada peningkatan privasi pengguna pada layanannya melalui penyandian end-to-end ini.
Tapi, Facebook diminta menghentikan rencana enkripsi tersebut dan membuat backdoor. Apa itu dan bagaimana pentingnya penyandian platform pengiriman pesan ini, serta bagaimana kehawatiran aparat akan tindak kejatahan?
Lebih jelasnya, simak ulasan Cermati.com berikut sebagaimana disarikan dari berbagai sumber.
Demi Usut Kriminal, Facebook Diminta Batalkan Enkripsi ‘End-to-End’
Ilustrasi penyandian
Keinginan dan upaya Facebook agar pengguna layanan aplikasi komunikasi miliknya ini merasa aman dan nyaman mendapat kecaman dari pihak otoritas di 3 negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Diketahui, jumlah pengguna layanan WhatsApp saja hingga awal tahun 2019 sudah mencapai sekitar 1,5 miliar orang. Belum lagi jumlah pengguna layanan pesan Facebook lainnya seperti Instagram dan Messenger, tentu jumlah pesan privat pengguna platform layanan komunikasi ini lebih banyak lagi.
Seperti banyak diberitakan media massa akhir-akhir ini, aparat dari ketiga negara itu berpendapat bahwa penyandian atau enkripsi end-to-end pada layanan pesan membuat pihak penegak hukum sulit menelusuri pesan dari yang bersangkutan ketika menginvestigasi tindak kejahatan atau kriminal.
Dengan demikian, ada kekhawatiran tindak kejahatan makin merajalela karena enkripsi itu seolah membuat aktivitas ilegal sulit ditelusuri, di antaranya;
- Terorisme
- Eksploitasi seks anak di bawah umur
- Usaha mencapuri pemilihan umum
- Dan tindak kejahatan lainnya
Oleh karena itu, mereka meminta Facebook membatalkan rencana enkripsi pada platform layanan pesannya. Alasannya, pembekalan penyandian atau enkripsi end-to-end pada layanan pesan tersebut membuat pelaku kriminal atau kejahatan makin leluasa.
Baca Juga: 5 Aplikasi Edit Foto ini Bikin Feed Instagram Jualan Makin Menarik
Facebook juga Diminta Bikin Akses ‘Backdoor’
Ilustrasi peretasan
Akses backdoor artinya jalan atau celah untuk mengakses suatu platform yang telah disandi. Seperti dikutip dari Inet.Detik, otoritas AS, Inggris, dan Australia ini juga meminta Facebook memberi akses backdoor, sehingga mereka bisa menyadap atau mengakses suatu pesan komunikasi saat melakukan investigasi kriminalitas.
Dengan demikian, aparat hukum bisa lebih dimudahkan dalam menelusuri dan mengungkap tindak kejahatan. Namun, akses backdoor yang diminta ketiga otoritas tersebut ditentang oleh mantan kontraktor CIA, Edward Snowden.
Snowden dikenal sebagai sosok yang berani membongkar program mata-mata yang dilakukan oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA). Dirinya berpendapat, akses backdoor itu sama saja menghilangkan hak pribadi.
Sebab sejatinya, lanjut dia, setiap orang yang berniat melakukan kejahatan atau terorisme itu bisa saja menggunakan layanan enkripsi lainnya. Sehingga menurutnya penghentian end-to-end encryption dan juga pemberian akses backdoor tidaklah benar.
Senada dengan Snowden, Peneliti di Center for Democrazy and Technology (CDT), Hannah Quay-de la Vallee, juga menyatakan menghilangkan penyandian adalah hal buruk. Sebab penyandian yang kuat dan keamanan end to end adalah kekuatan teknologi yang menjaga informasi online itu tetap aman.
Profesor Alan Woodward yang merupakan pakar keamanan di Universitas of Surrey, menyebutkan penyediaan backdoor alias ‘pintu belakang’ dapat menyebabkan konsekuensi negatif. Artinya, hacker lebih mudah masuk ke sistem yang memiliki akses backdoor, belum lagi jika ada oknum aparat yang menyalahgunakan wewenangnya.
“Sebuah backdoor seperti meninggalkan kunci di balik keset. Sekali seseorang tahu soal itu, siapapun dapat berjalan masuk,” kata Woodward seperti diberitakan detikinet dari Independent.
Mark Zuckerberg Pilih Cara Lain Ketimbang Hilangkan ‘Enc-to-End Encryption’
Mark Zuckerberg, tengah
Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, sebagaimana diberitakan Reuters, telah menanggapi permintaan orotitas dari ketiga negara tersebut terkait penghentian penggunaan penyandian end-to-end dan pemberian akses backdoor kepada aparat hukum.
Meski Zuckerberg mengakui berbagai tindak kejahatan bisa menjamur apabila semua layanan pesan komunikasi itu diberikan keamanan sandi. Namun ia memilih cari cara lain guna melawan potensi tindak kejahatan cyber itu ketimbang menghentikan rencana enkripsi.
“Kami yakin kepada hak orang untuk memiliki pembicaraan pribadi online. Penyandian end to end membantu melindungi hak tersebut dan fundamental dalam value yang kami berikan pada lebih dari semiliar orang tiap hari. Kami melawan upaya pemerintah untuk membuat backdoor karena mereka akan merendahkan privasi dan security user kami di mana pun,” kata juru bicara Facebook seperti diberitakan Independent.
Baca Juga: Yuk, Kepoin Uang Libra Facebook yang Diluncurkan Awal 2020
Sudahkah WhatsApp Anda Terlindungi ‘End-to-End Encryption’?
Ilustrasi menulis pesan di WhatsApp
Fasilitas penyandian atau enkripsi end to end merupakan komitmen Mark Zuckerberg dalam melindungi privasi pengguna platform layanan pesan komunikasi ini. Setelah model pengamanan end-to-end encryption ini diterapkan pada WhatsApp, giliran Facebook Messenger dan Instagram bakal diamankan dengan penyandian itu. Nah, sudahkan WhatsApp Anda terlindungi end-to-end encryption agar tak mudah disadap?
Baca Juga: Tips Sukses Berbisnis Online Lewat Facebook