Rabu 16 Oct 2019 08:08 WIB

Dana pensiun AS Tinjau Ulang Investasi di Perusahaan China

Dana pensiun AS membeli saham perusahaan China yang masuk daftar hitam pemerintah AS

Red: Nidia Zuraya
INVESTASI(illustrasi)
INVESTASI(illustrasi)

EKBIS.CO, BOSTON -- Beberapa perusahaan pengelola dana pensiun publik terbesar di Amerika Serikat (AS) diketahui telah berinvestasi di perusahaan surveilans terbesar di dunia asal China, Hangzhou Hikvision Digital Technology Co. Pemerintah AS menyebut Beijing menggunakan jasa perusahaan surveilans ini untuk mengawasi populasi Muslim di wilayah China bagian barat.

Atas dasar tersebut Pemerintah AS menempatkan Hangzhou Hikvision Digital Technology Co dalam daftar hitam pada pekan lalu. Langkah Pemerintah AS ini mendorong setidaknya dua dari perusahaan pengelola dana pensiun untukĀ  meninjau kembali investasi mereka di Hangzhou Hikvision Digital Technology.

Baca Juga

Daftar hitam itu berlaku untuk Hikvision dan tujuh perusahaan lain karena mereka diduga melakukan pengawasan yang telah menyebabkan penahanan massal secara sewenang-wenang di wilayah Xinjiang. "Kami sedang melacak situasi mengingat perkembangan baru ini dengan pengumuman Departemen Perdagangan," kata juru bicara Dana Pensiun Guru California (CalSTRS) dalam surat elektronik kepada Reuters, Selasa (15/10).

CalSTRS memiliki 4,35 juta lembar saham Hikvision pada akhir 30 Juni 2018. Saham milik CalSTRS ini bernilai 24 juta dolar AS jika mengacu kepada harga saham Hikvision yang diperdagangkan di pasar modal.

Dana Pensiun Guru Negara Bagian New York juga memiliki saham di Hikvision sebanyak 81.802 lembar saham pada akhir Juni. Jumlah tersebut naik dari 26.402 lembar saham pada akhir 2018.

Dengan masuknya Hikvision dalam daftar hitam Pemerintah AS, maka perusahaan tersebut tidak akan dapat membeli produk teknologi AS, seperti perangkat lunak dan microchip, tanpa persetujuan pemerintah AS. Namun daftar hitam tersebut tidak bisa mencegah investor AS untuk membeli saham Hikvision.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement