EKBIS.CO, KOLAKA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero rampung membangun jaringan tol listrik yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. General Manager PLT Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan I Putu Raisa mengatakan, keberadaan jaringan tersebut akan menambah efektifitas penyaluran listrik ke pelanggan.
"Dengan sinergi ini kami akhirnya bisa beroperasi maksimal karena Sulawesi itu dulu beroperasi sendiri-sendiri, tapi sekarang sudah menyatu," kata I Putu Raisa di Makassar, Rabu (16/10).
Dia mengatakan, jaringan tol listrik itu sebenarnya sudah dioperasikan mulai Senin (9/9) lalu. Dia mengungkapkan, jaringan kabel kelistrikan sepanjang 797 kilometer sirkuit (kms) ini menghubungkan antara Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Barat (Sulbar) dan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dia menjelaskan, proses konstruksi interkoneksi jaringan ini melintasi 1.263 tower yang dibangun dan melewati enam gardu induk. Semua fasilitas itu membentang dari Wotu, Malili, Lasusua, Kolaka, Unaaha hingga Kendari. Dia mengatakan, jaringan tol listrik itu siap memasok kebutuhan eletrifikasi masyarakat dan industri.
Putu mengatakan, keberadaan interkoneksi jaringan itu juga akan membawa keseimbangan penyaluran daya bagi sistem kelistrikan di Sulsel, Sulbar dan Sultra. Ungkap dia, Sultra menjadi daerah yang kerap kekurangan pasokan listrik sebelum jaringan ini dibangun.
Padahal, dia mengatakan, Sultra merupakan kawasan yang akan dimasuki investasi smelter yang cukup pesat. Putu melanjutkan, PLN akan melayani salah satu smelter yang berdiri di Sultra pada 2020 nanti.
"Dengan kondisi sebelum ada tol listrik itu (pasokan) nggak akan terpenuhi kalau keseimbangannya tidak terpenuhi. Nah dengan tol listrik ini semua siap sekaligus untuk men-support investasi di Sultra, makanya ini penting," katanya.
Keberadaan interkoneksi jaringan ini akan membawa surplus daya 400 Megawatt (MW) dari Sulsel menuju Sultra. Putu mengatakan, pasokan listrik tersebut membuat PLN bisa melayani pelanggan dengan optimal dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sultra.
Putu memproyeksikan total kebutuhan listrik untuk smelter dalam beberapa tahun ke depan mencapai 3.500 MW. Selain mengandalkan tol listrik, PLN juga akan membangun sejumlah pembangkit untuk mendukung proyek smelter
"Kehadiran tol listrik ini juga menekan biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik sebesar Rp 62,5 per kilowatthour (kWh)," kata Putu lagi.
Seperti diketahui, PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, Barat menandatangani amandemen Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) dengan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), berkapasitas 412 Juta VA, salah satu perusahaan tambang yang sepenuhnya dimiliki oleh pemegang saham Indonesia, dan tengah membangun pabrik Smelter Ferronikel di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka, Sultra.
PLN memastikan pasokan listrik untuk smelter PT Ceria tidak akan mengalami hambatan. Putu mengatakan, hal itu seiring keberhasilan PLN mewujudkan interkoneksi sistem kelistrikan antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Smelter feronikel PT Ceria memiliki kapasitas input bijih nikel sebesar 5 juta ton dan output dalam bentuk feronikel sebesar 230 ribu ton dengan kadar nikel 22 hingga 24 persen per tahun.
Realisasi penyaluran tenaga listrik sebesar 412 Juta VA untuk smelter PT Ceria Nugraha Indotama ini akan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama sebesar 118 juta VA akan direalisasikan bulan Desember 2020. Tahap kedua sebesar 294 Juta VA akan direalisasikan bulan Desember 2021.