EKBIS.CO, BANDUNG – Dalam meningkatkan dan membantu pemerintah, perusahaan rintisan eFishery menyebarkan 1.000 eFishery SmartFeeder ke pembudidaya ikan dan udang di seluruh Indonesia. Pemasaran 1.000 eFishery SmartFeeder ini dilakukan serentak di sepuluh kota di Indonesia juga merupakan salah satu kegiatan dalam peringatan Hari Pangan Dunia, Rabu (16/10).
CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan saat ini, sektor perikanan dan budidaya ikan di Indonesia tengah berkembang. Bahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan Nasional pada 2020 mencapai angka 115. Selain itu, konsumsi ikan sebesar 56,39 kg per kapita, nilai ekspor hasil perikanan sebesar 5,98 miliar dolar AS, dan jumlah kawasan konservasi perairan seluas 22,27 juta ha pada 2020.
“Pemasaran secara masif eFishery SmartFeeder ke pembudidaya ikan dan udang ini merupakan bentuk dukungan kami untuk membangun industri pangan dunia dengan teknologi,” ujar dia di Bandung, Rabu (16/10).
Gibran menjelaskan eFishery SmartFeeder ini akan membantu para pembudidaya ikan dan udang meningkatkan produktivitasnya. Berdasarkan data produksi perikanan tangkap dan budidaya ikan KKP pada 2014 hanya 20,4 juta ton. Sedangkan pada 2015 naik menjadi 22,1 juta ton. Lalu, pada 2016 naik menjadi 22,68 juta ton, 2017 menjadi 22,69 juta ton, dan pada 2018 menjadi 24,3 juta ton.
“Dulu kami menjual satu SmartFeeder ini dalam waktu 90 hari. Hari ini, kami bisa 1.000 SmartFeeder dalam waktu satu hari. Ini menjadi bukti bahwa adopsi pembudidaya terhadap teknologi semakin cepat,” tegasnya.
eFishery SmartFeeder merupakan alat pemberi pakan otomatis atau feeder yang terhubung dengan aplikasi. Dalam aplikasi ini, pengguna dapat mengatur frekuensi dan jadwal pemberian pakan serta takarannya. Pembudidaya dapat mengunggah jumlah pakan yang digunakan ke server internet untuk referensi di masa depan.
Dengan pemberian pakan yang terjadwal dan dengan ‘dosis’, lanjut Gibran, eFishery telah terbukti dapat menurunkan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging yang disebut Food Conversion Ratio (FCR) hingga 24 persen. Dengan kata lain, penggunaan pakan menjadi lebih efisien.
"Ini merupakan salah satu upaya eFishery untuk menggunakan data yang didapatkan untuk membuat layanan yang membantu petani ikan dengan lebih maju. Ke depannya eFishery akan terus berupaya menyediakan layanan lainnya dengan memanfaatkan data dan teknologi,” kata Gibran.
Sejalan dengan komitmen tersebut, di Hari Pangan Dunia ini, setelah sebelumnya meluncurkan produk barunya bernama eFisheryFresh di fresh.efishery.com, eFishery juga bekerja sama dengan berbagai lembaga keuangan diantaranya Investree, iGrow, Batumbu, Indodana dan Bank BJB.
Kerja sama ini berupa penyaluran pembiayaan untuk pemasaran ikan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung, di layanan terbaru yang disebut eFisheryFund. Selama ini lembaga keuangan dirasa belum terlalu bersentuhan dengan para pembudidaya ikan dan udang, sehingga akses untuk permodalan dirasa sulit.
Memanfaatkan data yang diambil dari IoT serta aplikasinya, eFishery memberikan informasi serta skor kredit petani sehingga institusi finansial bisa memberikan pembiayaan modal kerja.
“Dengan adanya kerjasama dengan berbagai lembaga keuangan ini, dan dengan pembudidaya yang kami miliki, kami berharap para pembudidaya bisa mendapatkan pendanaan lebih mudah serta cepat. Begitupun dengan lembaga keuangan, mereka bisa memanfaatkan hal ini untuk membantu para pembudidaya lebih berkembang kembali, dengan resiko yang lebih terkelola” ujar Gibran.
Gibran menambahkan eFishery saat ini digunakan di lebih dari 100 Kabupaten/Kota yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia. eFishery juga sedang menjalankan proyek perdana di Bangladesh, Thailand, dan Vietnam. Saat ini, sudah ada 11 ribu kolam dari 600 petambak baik ikan maupun udang. Tahun ini diharapkan ada 1.000 pembudidaya baru.