EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS) menargetkan porsi dana murah bisa mencapai 40 persen terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada tahun ini, porsi dana murah baru 33 persen dari total dana pihak ketiga yang mencapai Rp 29 triliun.
"Kami ingin memperbaiki komposisi dana murah sehingga bisa menekan biaya dana atau cost of fund," ujar Direktur Operasional BRI Syariah, Fahmi Subandi, saat ditemui Republika.co.id dalam acara Fin Expo 2019, di Jakarta, Jumat (18/10).
Menurut Fahmi, pertumbuhan dana pihak ketiga sejauh ini masih ditopang oleh deposito. Pada tahun ini, BRI Syariah pun menargetkan pertumbuhan DPK di kisaran 15 - 18 persen.
Fahmi mengatakan strategi peningkatan dana murah dari produk giro dan tabungan atau current account saving account (CASA) cukup intensif dilakukan pada tahun ini. Salah satunya dengan menyasar anak muda dan pelajar.
Fahmi menjelaskan, BRI Syariah sejak lima tahun lalu menggandeng sekolah untuk program simpanan pelajar berbasis syariah. "Karena simpanannya kecil, jadi kami lebih fokus menambah volume nasabah," kata Fahmi.
BRI Syariah juga gencar melakukan kegiatan-kegiatan edukasi untuk membiasakan anak usia muda terhadap aktivitas perbankan. Salah satunya dengan terlibat dalam kegiatan Fin Expo 2019.
Secara umum, di bulan Oktober yang merupakan bulan inklusi keuangan, BRI Syariah turut aktif melakukan edukasi dan sosialisasi produk-produk perbankan syariah. Hal ini bertujuan agar lebih banyak masyarakat yang paham produk bank syariah.
Di Fin Expo 2019, selain memasarkan produk, BRI Syariah juga memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa bank syariah memiliki sistem yang mudah dipahami, demikian pula dengan produknya. BRI juga berupaya menyederhanakan penjelasan mengenai akad yang berlaku di bank syariah.
"Dari acara Fin Expo 2019, BRI Syariah menargetkan penembahan 500 rekening baru per hari nya," kata Corporate Secretary Division Head BRI Syariah, Mulyatno Rachmanto.
Diakuinya, dibandingkan dengan tabungan lain, simpanan pelajar ini belum dominan. Meski demikian, jumlah nasabahnya terus mengalami pertumbuhan. Secara yoy, per September pertumbuhan nasabah simpanan pelajar ini mencapai 10-20 persen.
Pada tahun ini, BRI Syariah juga telah mulai mengkonversi portofolio bisnis induknya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI). Hal tersebut dilakukan menyusul diberlakukannya Qanun Lembaga Keuangan Syariah (Qanun LKS) di wilayah Provinsi Aceh.
Tercatat lebih dari dua juta nasabah dan lebih dari Rp 20 triliun portofolio bisnis baik pembiayaan maupun pendanaan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) di Aceh menjadi target konversi tersebut.
Direktur Bisnis Komersil BRI Syariah Kokok Alun Akbar menegaskan implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh ini akan membawa dampak besar bagi peningkatan kinerja BRI syariah.
"Baik di segi pendanaan, pembiayaan, maupun laba rugi," kata Kokok, dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (15/8).
Melalui implementasi Qanun LKS ini, BRI syariah berpotensi mendapat tambahan dana murah yang juga merupakan fokus Perseroan di Tahun 2019. Peningkatan CASA sangat penting bagi rekomposisi dana pihak ketiga BRI syariah karena akan berdampak langsung pada penurunan cost of fund atau biaya dana.
Pada semester I 2019 BRI syariah berhasil menurunkan cost of fund Perseroan sebesar 30 basis poin menjadi 4,43 persen, dari sebelumnya 4,73 persen di akhir tahun 2018. Keberhasilan ini antara lain merupakan kontribusi pertumbuhan Tabungan Payroll serta giro dari transaksional nasabah.