Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank) pada 16-19 Oktober 2019 di Washington D.C., Amerika Serikat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo yang menghadiri rangkaian pertemuan, menyampaikan, bahwa diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan kerja sama, memitigasi risiko, meningkatkan resiliensi,dan mengimplementasikan kebijakan.
"Hal ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan melalui bauran kebijakan," ujarnya dalam keterangan pers BI, Ahad (20/10).
BI juga mendukung kelanjutan kajian Integrated Policy Framework yang sedang dilakukan IMF, untuk meningkatkan pemahaman dan efektivitas kebijakan ekonomi yang ditempuh oleh setiap negara sesuai dengan karakteristik dan kondisinya.
Dody menyebut, ada berbagai risiko yang tetap mengancam pertumbuhan ekonomi global antara lain berupa ketegangan perdagangan (trade tension) yang berimplikasi pada ketidakpastian kebijakan, risiko geopolitik, pengetatan kondisi keuangan di tengah terbatasnya ruang kebijakan, tingginya tingkat utang, dan meningkatnya kerentanan di sektor keuangan.
Di samping itu, risiko terkait perubahan iklim (climate change) juga menjadi perhatian pada pertemuan tahunan ini, karena dipandang memiliki dampak bagi stabilitas sistem keuangan sehingga perlu segera dimitigasi dengan kebijakan di sektor keuangan.
"Perkembangan teknologi juga menjadi topik diskusi sehubungan dengan manfaat dan juga risiko sehingga diperlukan upaya untuk menyeimbangkan dukungan bagi inovasi di sektor keuangan dengan pengaturan/pengawasannya," lanjut Dody.
Dalam plennary meeting International Monetary and Financial Committee (IMFC), peserta mendukung Global Policy Agenda IMF yang disampaikan Managing Director IMF yang baru, Kristalina Georgieva. Ia berupaya untuk memperkuat kerja sama internasional.
Lalu meningkatkan resiliensi dan meningkatkan inklusivitas perekonomian global untuk mendukung pertumbuhan yang lebih berkesinambungan, termasuk memfasilitasi solusi global terkait teknologi finansial (tekfin) yang sejalan dengan Bali Fintech Agenda.
Upaya yang akan dilakukan IMF tersebut dilatarbelakangi pertumbuhan perekonomian global yang diperkirakan melambat dari 3,6% pada 2018 menjadi 3,0% pada 2019, sebelum akhirnya diproyeksikan kembali melanjutkan momentum positif menjadi 3,4% pada 2020.
Pada rangkaian pertemuan tahunan tersebut juga diselenggarakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20. Pada pertemuan itu Dody menyampaikan, pentingnya mengatasi kerentanan di sektor keuangan yang disebabkan oleh fragmentasi di sektor keuangan untuk memastikan resiliensi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Lebih lanjut, BI juga menekankan pentingnya melanjutkan agenda reformasi di sektor keuangan, dengan tetap memperhatikan fleksibilitas bagi otoritas sesuai dengan kondisi spesifik di setiap negara. Hal ini dapat dicapai melalui identifikasi kerangka pengaturan dan pengawasan yang ada untuk mengatasi kerentanan yang ada dan kerja sama internasional yang dibutuhkan, termasuk yang disebabkan dari perkembangan teknologi.
Pada agenda lainnya, Dody bertemu dengan beberapa otoritas keuangan dunia untuk memperkuat kerja sama dan bertukar informasi mengenai perkembangan ekonomi global, termasuk mendiskusikan agenda prioritas G20 dengan otoritas Arab Saudi yang akan menjadi Presidensi G20 tahun 2020.
Selain itu, BI dan Kementerian Keuangan juga melakukan pertemuan dengan lembaga pemeringkat dan investor untuk menginformasikan perkembangan terkini perekonomian Indonesia dan berbagai kebijakan serta upaya yang ditempuh BI bersama Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dalam rangka mendorong pertumbuhan.
Editor: Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id