Rabu 23 Oct 2019 05:19 WIB

Mercer: Indeks Sistem Pensiun Indonesia Sedikit Menurun

Penurunan ini terutama karena meningkatnya usia harapan hidup.

Rep: Jeihan Kahfi Barlian(swa.co.id)/ Red: Jeihan Kahfi Barlian(swa.co.id)
Mercer
Mercer

Presiden Direktur Mercer Indonesia Bill Johnston dan Wealth Leader Mercer Indonesia Jovita Sadrach

 

Konsultan global di bidang kesehatan dan human resources, Mercer telah merilis laporan tahunan Melbourne Mercer Global Pension Index (MMGPI) yang membandingkan sistem pensiun di 37 negara. Indeks sistem pensiun Indonesia mengalami sedikit penurunan dari 53,1 pada tahun sebelumnya menjadi 52,2 di 2019. Penurunan ini terutama karena meningkatnya usia harapan hidup, yang mempengaruhi keberlanjutan sistem pensiun.

Sistem pensiun Indonesia berada di grade C dengan beberapa fitur yang bagus, tapi juga memiliki beberapa risiko atau kekurangan yang harus diatasi. Indonesia berada di grade yang sama dengan beberapa negara maju seperti Spanyol, Austria, dan Italia.

Bill Johnston, Presiden Direktur Mercer Indonesia mengatakan ada beberapa pekerjaan rumah untuk memperbaiki sistem pensiun Indonesia. “Termasuk memberikan tunjangan minimum untuk penduduk lanjut usia ekonomi rendah, menaikkan iuran program pensiun, memperbaiki  peraturan sistem pensiun swasta, memperbaiki komunikasi kepada anggota program pensiun, dan menaikkan batas usia pensiun sesuai dengan peningkatan usia harapan hidup,” kata Johnston dalam keterangan resminya, (21/10/2019).

“Karyawan harus meningkatkan literasi keuangan untuk mengelola keuangan mereka, termasuk rencana pensiun. Sangat penting juga bagi perusahaan untuk mendorong partisipasi karyawan di program pensiun,” Johnston menambahkan.

Sementara itu, Belanda meraih skor indeks tertinggi (81,0) dan secara konsisten berada di peringkat pertama atau kedua dalam sepuluh dari sebelas tahun terakhir. Sedangkan Thailand memiliki skor indeks terendah (39,4).

Indeks menggunakan rata-rata dari sub-indeks kecukupan, keberlanjutan, dan integritas untuk mengukur sistem pensiun terhadap lebih dari 40 indikator. Indeks tahun 2019 mengambil pendekatan baru untuk menghitung uang penggantian bersih, yaitu jumlah uang pensiun yang dibayarkan untuk menggantikan gaji karyawan.

Laporan-laporan sebelumnya menghitung uang penggantian berdasarkan median gaji karyawan, sedangkan laporan ini menggunakan berbagai rentang pendapatan berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development untuk mewakili kelompok pensiunan yang lebih luas.

Untuk setiap sub-indeks, skor tertinggi dipegang oleh Irlandia untuk kecukupan (81,5), Denmark untuk keberlanjutan (82,0), dan Finlandia untuk integritas (92,3). Sedangkan skor terendah dipegang oleh Thailand untuk kecukupan (35,8), Italia untuk keberlanjutan (19,0), dan Filipina untuk integritas (34,7).

Korelasi kuat antara aset pensiun dan utang rumah tangga

Terdapat korelasi kuat antara aset pensiun dan utang rumah tangga, di mana pertumbuhan utang rumah tangga di negara maju dan berkembang berbanding lurus dengan pertumbuhan aset dana pensiun, menurut MMGPI 2019.

MMGPI, yang didukung oleh Pemerintah Negara Bagian Victoria Australia, merupakan proyek penelitian kerja sama antara Monash Centre for Financial Studies (MCFS) – pusat penelitian di Monash Business School Monash University Melbourne – dan perusahaan jasa profesional, Mercer.

Laporan ini adalah studi internasional pertama yang mempelajari “efek kekayaan” – yaitu kecenderungan meningkatnya pengeluaran seiring dengan peningkatan kekayaan – dalam kaitannya dengan dana pensiun. Data MMGPI menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan aset pensiun, orang merasa lebih kaya dan oleh karena itu cenderung meminjam lebih banyak.

Dr David Knox, peneliti dari Mercer, mengatakan bahwa pertumbuhan aset dana pensiun berarti orang merasa lebih percaya diri secara finansial dapat memperoleh penghasilan di masa depan, sehingga dapat meminjam uang sebelum pensiun untuk meningkatkan standar hidup saat ini dan masa depan.

“Ketika kekayaan seseorang bertambah, baik itu di kepemilikan properti, portofolio investasi maupun tabungan pensiun, begitu juga kecenderungan mereka untuk berutang. Secara global, setiap tambahan 1 dolar di aset pensiun, utang rumah tangga bertambah 50 sen,” kata Dr Knox.

Indeks membandingkan sistem pensiun di 37 negara dan mencakup dua pertiga populasi dunia. Indeks menyoroti spektrum yang luas dan keragaman sistem pensiun dunia, menunjukkan bahwa bahkan sistem terbaik dunia memiliki kelemahan. Indeks tahun 2019 memasukkan tiga negara baru: Filipina, Thailand, dan Turki.

Meskipun setiap sistem pensiun memiliki keunikan sendiri, laporan ini menjelaskan bahwa ada perbaikan umum yang dapat dilakukan untuk menjawab tantangan yang dihadapi semua negara.

“Sistem pensiun di seluruh dunia menghadapi usia harapan hidup yang meningkat dan tuntutan terhadap ketersediaan sumber daya untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan penduduk lanjut usia. Sangat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem demi memastikan manfaat jangka panjang yang lebih baik bagi pensiunan di masa depan,” kata Dr Knox.

“Memasuki tahun kesebelas, MMGPI menjadi sumber data sistem pensiun di seluruh dunia, dan status internasional yang tinggi dari laporan ini merupakan bukti reputasi Melbourne sebagai pusat penelitian, inovasi, dan keuangan,” kata Menteri Tenaga Kerja, Inovasi, dan Perdagangan Australia Martin Pakula.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement