Senin 28 Oct 2019 09:37 WIB

Defisit Keuangan Capai Rekor Tertinggi, AS Diambang Resesi?

Pemerintah AS mengalami defisit keuangan tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Amerika Serikat
Bendera Amerika Serikat

EKBIS.CO, WASHINGTON -- Pemerintahan Trump melaporkan defisit untuk tahun anggaran 2019 melonjak 26 persen dari 2018 menjadi 984,4 miliar dolar AS. Ini menjadi titik defisit keuangan tertinggi yang dialami Pemerintah AS dalam tujuh tahun terakhir. 

Defisit anggaran ini diperkirakan akan mencapai 1 triliun dolar AS pada tahun anggaran berjalan dan kemungkinan akan tetap ada untuk dekade berikutnya.

Baca Juga

Dilansir di AP, Senin (28/10), pelebaran defisit secara year on year (yoy) mencerminkan faktor-faktor seperti hilangnya pendapatan dari kebijakan pemotongan pajak oleh Presiden Trump yang diberlakukan sejak 2017 dan kesepakatan anggaran yang menambah miliaran pengeluaran untuk program militer dan domestik.

Angka proyeksi yanag dikeluarkan Pemerintah AS dan Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperlihatkan bahwa defisit akan mencapai 1 triliun dolar AS pada tahun anggaran 2020, yang dimulai 1 Oktober 2019. CBO memperkirakan, defisit akan tetap di atas 1 triliun dolar AS selama satu dekade berikutnya.

Proyeksi-proyeksi itu kontras dengan kampanye Presiden Donald Trump yang berjanji, meskipun pendapatan pada awalnya hilang akibat dari kebijakan pemotongan pajak, pendapatan yang hilang dari pajak ini bisa dikompensasi dengan pemotongan pengeluaran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Defisit anggaran terus meningkat setiap tahun selama empat tahun terakhir. Ini menjadi pelebaran defisit terbesar sejak awal 1980-an, yakni ketika Presiden AS Donald Reagan memberlakukan kebijakan pemotongan pajak besar-besaran.

Pada tahun ini, diproyeksikan pendapatan negara tumbuh empat persen. Namun, belanja melonjak dua kali lipat, seperti kesepakatan yang dicapai Trump dengan Kongres pada awal 2018 untuk mendorong pengeluaran.

Kendati demikian, defisit anggaran ini tampaknya tidak mengancam perekonomian AS ataupun mendorong kenaikan suku bunga kredit, hipotek dan pinjaman mobil.  Dan faktanya, defisit yang sangat besar ini bertepatan dengan periode suku bunga sangat rendah daripada biaya pinjaman yang meningkat yang diperingatkan para ekonom kemungkinan akan terjadi jika defisit pemerintah mencapai tingkat yang tinggi.

Sebagian besar ekonom masih percaya bahwa meskipun defisit besar bukan merupakan ancaman langsung, di beberapa titik akan menjadi masalah besar. Karena jika defisit anggaran terus berlangsung, tidak menutup kemungkinan otoritas keuangan AS akan menaikkan suku bunga ke tingkat yang memicu resesi.

Terlebih, pembayaran bunga atas defisit menjadi bagian dari utang pemerintah AS yang meningkat yang harus dilunasi dan dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS di tahun-tahun mendatang. Bahkan, dengan tarif rendah tahun ini, pembayaran bunga utang pemerintah adalah salah satu item yang paling cepat berkembang dalam anggaran, naik hampir 16 persen menjadi 375,6 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement