Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Disrupsi perkembangan teknologi khususnya digital menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku bisnis.
Harvard Business Review menjelaskan, berdasarkan kajian The Transformation 20: The Top Global Companies Leading Strategic Transformations oleh Innosight, perusahaan konsultan strategi, ada beberapa indikator yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku bisnis di era transformasi digital.
Berikut tantangan sekaligus peluang bagi pelaku bisnis di era transformasi digital.
Pertumbuhan Baru
Indikator ini dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menciptakan produk, layanan, market hingga model bisnis yang baru. Lalu, seperti apa peluang yang dapat dilakukan perusahaan?
Baca Juga: Investasi Besar-Besaran untuk Transformasi Digital, Ini yang Akan Terjadi di 2020
Menurut, DBS Group, salah satu perusahaan yang masuk dalam Top 10 Business Transformation of The Decade oleh Harvard Business Review, teknologi digital merupakan masa depan perbankan. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan diri perusahaan di era transformasi digital, DBS Group menghadirkan inovasi digital perbankan yang kini dikenal dengan digibank by DBS.
Inovasi ini memungkinkan nasabah dapat melakukan berbagai aktivitas perbankan, mulai dari membuka rekening, deposito, pengajuan pinjaman, investasi hingga transfer valuta asing hanya melalui genggaman di mana saja dan kapan saja.
Reposisi Inti Bisnis
Tantangan selanjutnya adalah melakukan reposisi inti. Seberapa efektifkah perusahaan mengadaptasi inti bisnis tradisionalnya terhadap perubahan atau gangguan di pasarnya. Melakukan reposisi inti bisnis memberikan kehidupan baru pada inovasi bisnis yang dilakukan.
Kembali pada contoh DBS Group yang masuk dalam 10 besar perusahaan di seluruh dunia yang berhasil membuat transformasi strategis selama dasawarsa terakhir bersama Netflix, Amazon, Microsoft, Tencent dan Alibaba.
DBS Group mereposisi inti bisnisnya dengan melakukan transformasi dari bank regional tradisional menuju perusahaan platform digital global, berdasarkan atas visi berbasis budaya untuk menjadi perusahaan rintisan dengan 27.000 karyawan.
Keuangan
Tantangan terakhir adalah perusahaan perlu untuk membukukan kinerja keuangan dan pasar saham yang kuat. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus membalikkan bisnisnya dari kerugian atau pertumbuhan yang lambat untuk kembali ke jalurnya.
Indikator ini dapat dilihat dari pendapatan CAGR (tingkat pertumbuhan tahunan gabungan), profitabilitas, dan harga saham CAGR selama periode transformasi.
Baca Juga: Ini Kata Kepala Ekonom DBS tentang Ekonomi Indonesia di Bawah Kabinet Baru
Sebagai institusi keuangan, Bank DBS memberikan beragam informasi dan wawasan keuangan yang terakurasi bagi nasabah korporasinya serta solusi inovasi yang memudahkan bisnis dalam melakukan transaksi perbankan atau yang dikenal dengan Ideal Rapid (Real-Time APIs by DBS) yang memungkinkan nasabah startup serta UKM melakukan pembayaran online real-time, transfer dana, dan verifikasi rekening bank untuk memvalidasi detail akun penerima sebelum melakukan transaksi selama 24/7.
CEO DBS Piyush Gupta berujar, "Kami berhasil karena terlebih dulu menangani hal terpenting; membuat transformasi menjadi arus utama dengan mengubah budaya perusahaan secara keseluruhan. Beberapa tahun lalu, dalam menjalankan perusahaan, kami mulai bertindak lebih sebagai perusahaan teknologi ketimbang bank. Budaya rintisan merasuk ke seantero perusahaan ini, dari jajaran paling atas hingga paling bawah, dari depan hingga belakang, yang memungkinkan kami betul-betul memikirkan ulang makna perbankan."