Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Siang itu, Ni Luh Larasati, seorang konsultan agensi digital yang berkantor di bilangan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, bersiap menyantap makan siangnya setelah menerima kiriman dari kurir makanan online. Tak lupa dia memberi bintang lima pada aplikasi atas layanan si kurir. Dia mengaku hampir tiap hari memesan makan siangnya lewat pengiriman daring.
"Simpel, murah, dan saya tidak perlu berpanas-panas di bawah sinar matahari atau bermacet-macet ria untuk sekadar makan siang," katanya.
Ni Luh juga mengaku hampir tiap hari menggunakan transportasi online untuk berangkat dan pulang ke rumahnya di daerah Depok, Jawa Barat. Tapi dia tidak tahu bahwa kebiasaan barunya itu merupakan bagian dari pangsa pasar pengiriman makanan yang mengisi 1,3% total pasar makanan di Asia Tenggara. Baginya, yang penting makanan tersedia cepat dan tanpa perlu repot mengantre.
Baca Juga: GrabFood vs GoFood Tingkat ASEAN, Siapa Juara?
Masyarakat juga tidak asing lagi dengan pemandangan serombongan kurir kiriman makanan dengan jaket hijau yang khas menunggu pesanan mereka disiapkan, mulai dari warung pinggir jalan hingga kafe di mal yang mentereng.
Laporan riset Google-Temasek terbaru menyebut bahwa nilai sektor pengiriman makanan di Asia Tenggara meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun, dan diproyeksikan akan melewati US$20 miliar pada 2025.
Kameswara Natakusumah, pengamat teknologi dan bisnis digital di Jakarta, mengungkapkan, pasar makanan Indonesia kini sedang bergerak dipicu persaingan dua pemain utamanya di Indonesia, Go-Jek dan Grab.
Di tengah meningkatnya persaingan itu, baik Grab dan Go-Jek berinvestasi besar-besaran dalam membangun program penghargaan dan loyalitas untuk mengikat dan mempertahankan pelanggan, pada saat yang sama, mengeluarkan diskon dan promo untuk meningkatkan pesanan makanan.
"GrabFood unggul dalam inovasi dan teknologi. 'Dapur' mereka sudah bekerja, bahkan sebelum konsumen memesan. Maksudnya, dapur teknologi, bukan sekadar dapur tempat memasak makanan," gurau Kameswara.
Menurutnya, inovasi teknologi Grab terlihat dalam konsep dapur satelit GrabKitchen. Sebuah perpaduan antara kolaborasi antar-brand dan kecanggihan teknologi. Dengan konsep dapur delivery only ini, makanan lebih cepat disediakan dan diantar ke konsumen dalam jarak wilayah tertentu. Kurir juga tidak perlu mengantre seperti di restoran biasa. "Ini sulit dikejar oleh pesaingnya," imbuh Kameswara.
Data-data kuantitatif mendukung pernyataan itu. Menurut penelitian pasar yang dilakukan Kantar, GrabFood adalah platform pengiriman makanan yang paling sering digunakan di enam negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Baru pekan ini, GrabFood mengumumkan bahwa perusahaan itu telah menjadi perusahaan pengiriman makanan terbesar di Indonesia berdasarkan nilai barang bruto (gross merchandise value/GMV), serta meluncurkan menu pesanan berbasis data untuk konsumen dalam kemitraan dengan pedagang. Fokus pada pelokalan inilah yang mendorong GrabFood ke posisi terdepan.
Baca Juga: Pede Balapan Sama Gojek-Grab di Aspal, Segini Jumlah Driver dan Pengguna Bonceng
"Dari Juni 2018 sampai Juni 2019, GMV GrabFood di Asia Tenggara tumbuh 900%. Pada paruh pertama 2019 saja, Grab menyatakan GMV GrabFood di Indonesia meningkat tiga kali lipat," ujar Kameswara yang kini mengembangkan ventura rintisan di bidang bioteknologi.
Dia menyebutkan, rencana Grab untuk membuka kantor pusat kedua dan pusat aktivitas GrabFood Asia Tenggara di Indonesia yang telah disampaikan ke Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu menjadi pondasi penting Grab untuk makin merajai sektor pengiriman makanan di regional ini di masa yang akan datang.
Sementara Go-Jek bukannya tinggal diam merespons persaingan yang semakin intens. Perusahaan yang baru ditinggal pendirinya untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mendiseminasi riset Nielsen Singapura yang mengatakan, GoFood memimpin pasar pengiriman makanan di Indonesia dengan menguasai 75% pangsa pasar.
"Dari laporan Google Temasek tadi kita bisa melihat kuenya akan terus tumbuh dan menyediakan ruang persaingan yang semakin luas. Kini GrabFood relatif unggul dan tantangannya adalah mempertahankan keunggulan melalui inovasi," kata Kameswara.