EKBIS.CO, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengaku telah memprediksi perlambatan ekonomi yang terjadi pada kuartal III 2019. Menurut Kadin, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional diakibatkan perlambatan ekonomi dunia yang telah diproyeksikan oleh berbagai lembaga internasional.
"Penguasaha sudah memperkirakan, sebagaimana yang kita prediksi. Kita melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini paling 5,0 sekian karena kita memang lihat ada perlambatan ekonomi dunia," kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani di Jakarta, Selasa (5/11).
Ia menilai, konsumsi domestik masih menjadi penyelematan bagi pertumbuhan ekonomi nasional atau berkontribusi sekitar 55 persen. Ia menilai, situasi di tahun 2020 masih akan sulit. Karena itu, dunia usaha meminta pemerintah untuk lebih fokus dalam mewadahi iklim usaha agar investasi meningkat ada kinerja ekspor dapat terus dipacu.
Namun, laju konsumsi dalam negeri harus dijaga bahkan terus dipacu agar supply demand dalam negeri makin menggeliat. Dunia usaha siap melakukan ekspansi bisnis jika pasar dalam negeri terus tumbuh.
Selain juga berusaha keras meningkatkan laju ekspor ke sejumlah pasar-pasar baru. "Daya beli masyarakat domestik harus dijaga. Harus ada kebijakan yang berdampak langsung kepada daya beli karena itu kuncinya," kata Rosan.
Meski demikian, Rosan menilai perlambatan ekonomi yang dialami Indonesia cukup kecil. Sebab, Indonesia saat ini belum menjadi bagian dari rantai pasok global sehingga pelemahan ekonomi dunia yang dalam tak berbanding lurus dengan pelemahan ekonomi domestik.
Karena itu, Rosan mengatakan, situasi seperti ini agar dimanfaatkan pemerintah untuk lebih cepat dalam memperbaiki fundamental ekonomi domestik. Salah satunya, industri manufaktur yang menghasilkan suatu produk berdaya saing agar dapat menjamah pasar bebas lebih kuat.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen. Angka tersebut melambat dibandingkan kuartal III tahun lalu yang mencapai 5,17 persen maupun kuartal kedua tahun ini, yakni 5,05 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi jika dihitung sejak awal tahun (year to date) mencapai 5,04 persen. "PDB atas dasar harga berlaku Rp 4.067 triliun, atas dasar hagra konstan Rp 2.818 triliun. Jadi dengan posisi ini kalau dibandingkan kuartal kedua 2019, quarter to quarter pertumbuhan ekonomi kita masih tumbuh 3,06 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11).
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya, ekonomi global masih diliputi ketidakpastian.
Suhariyanto mengatakan, perang dagang masih berlangsung antara AS dengan China. Selain itu, harga komoditas fluktuatif menuju penurunan. Hal itu berdampak pada pelemahan ekonomi di negar maju dan berkembang termasuk Indonesia.