Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Sebagai salah satu produsen minuman terbesar di dunia, bisa dibayangkan kompleksitas kinerja Coca-Cola dalam mengelola setiap lini bisnisnya. Misalnya, dalam hal mengkoordinasikan sejumlah besar mitra, franchise, dan juga pusat produksi Coca-Cola yang tersebar di seluruh dunia. Melihat peluang ini, sejumlah pihak mulai mencari solusi terhadap sistem kerja yang kompleks tersebut.
Coke One North America (CONA), misalnya, dikabarkan telah menggandeng perusahaan perangkat lunak asal Jerman, SAP, untuk membuka kemungkinan penggunaan teknologi blockchain dalam mengurai permasalahan ini. Terbaru, pihak CONA juga telah membuka kerja sama secara resmi dengan Coca-Cola dalam pembuatan platform teknologi khusus berbasis blockchain untuk mengonsolidasikan seluruh jaringan franchise mereka.
Baca Juga: Wow, Transaksi Syariah Kini Bisa Dilakukan via Blockchain
Sebagaimana dilansir Business Insider beberapa waktu lalu, sedikitnya ada 160.000 pesanan per hari yang masuk pada rekanan franchise Coca-Cola untuk dapat menyuplai kebutuhan botol kemasannya. Untuk saat ini, pihak CONA telah membantu 12 franchise Coca-Cola terbesar dengan alat yang diperlukan untuk operasional. Dari kerja sama ini diperkirakan Coca-Cola bakal mendapatkan keuntungan dari peningkatan tingkat pesanan dan juga peningkatan bisnis di level franchise.
Nantinya, bila pasokan botol kemasan ini kekurangan suplai, pihak CONA membuka kemungkinan bagi antar-franchise yang berbeda untuk dapat berkomunikasi satu sama lain demi memastikan pesanan dapat terpenuhi dengan jalan membeli kelebihan yang dibutuhkan dari franchise lainnya. Selain memastikan pasokan botol, sistem blockchain yang dibangun CONA juga bakal lebih banyak membantu memastikan pembayaran antar-franchise dapat berjalan lancar dan diproses lebih cepat.
“Selama ini ada banyak transaksi yang sifatnya lintas perusahaan dan melibatkan banyak sekali pihak yang terlibat di dalamnya. Ini membuat proses transaksi menjadi tidak efisien dan sangat lambat. Kami yakin bisa menjadi solusi terhadap masalah ini, sekaligus dapat menghemat uang untuk proses administrasi,” ujar Senior Manajer CONA, Andrei Semenov, dalam laporan Business Insider tersebut.
Sistem blockchain milik CONA ini diperkirakan dapat memangkas waktu konsolidasi antar-franchise dari semula minimal 50 hari kini menjadi hanya beberapa hari saja. Selain Coca-Cola, pesaing terbesar mereka, PepsiCo, juga telah lebih dulu menjalankan uji coba sistem blockchain yang telah dikembangkannya. Dalam proyek yang diberi nama Project Proton ini, PepsiCo menggandeng Ziliqa Research untuk dapat menggunakan smart contact guna mengotomatisasi bagian dari rantai pasokan yang dimilikinya. Dari hasil uji coba tersebut, terbukti terjadi peningkatan efisiensi hingga mencapai 28 persen.